Sabtu, 12 Oktober 2013

Kehangatan Dalam Semangkok Tahok


Semangkok Tahok
Tahok pertama kali saya kenal dari cerita Santi, seorang teman yang tinggal di Solo. Sayapun penasaran untuk mencicipi kuliner yang saat ini sudah langka di kota Solo ini. Tidak banyak yang tahu apa itu Tahok. Bahkan ketika saya menanyakan pada supir taksi yang membawa saya berkeliling kota solo, bapak yang sejak kecil telah lahir dan besar di solo hampir selama 40 tahun ini juga tidak tahu apa itu tahok, apalagi membantu saya menemukan di mana saya bisa mendapatkan tahok. Akhirnya sayapun meminta bantuan Santi untuk mengantar saya ke tempat penjual Tahok. 
Sarapan Tahok

Pertama kali mendengar nama “Tahok” memang sudah terkesan bahwa makanan ini berasal dari Cina. Nama Tahok ini dulunya memang berasal dari kata “Tahoa”. Tao atau teu artinya kacang kedelai sedangkan hoa atau hu berarti lumat. Jadi Tahoa adalah kacang kedelai yang dilumatkan. Sekilas bentuk Tahok ini memang seperti tahu, karena bahan dasar yang digunakannya pun sama dengan tahu yaitu sari kacang kedelai. Hanya saja Tahok ini terasa lebih lembut di mulut ketika kita makan. Kelembutan tahok mirip seperti bubur sumsum atau puding sutra. 
Wadah Tahok Sekaligus Cetakan 
Dengan mengeluarkan uang Rp 5.000 (lima ribu rupiah), kita sudah bisa menikmati semangkuk hangat Tahok yang disajikan bersama dengan kuah jahe . Kuah jahe ini terbuat dari gula merah dan jahe bakar yang dimasak bersama air dan daun pandan serta sedikit sereh. Rasa jahe pada kuah ini juga tidak sepedas wedang jahe, jadi makanan ini juga cocok dikonsumsi oleh anak-anak. 
Tahok kaya protein nabati 
Sari kedelai sebagai bahan utama pembuat Tahok memiliki kandungan protein nabati yang sangat tinggi. Makanan ini juga aman dikonsumsi karena diolah tanpa bahan pengawet. Tahok juga mengandung kalsium sehingga baik untuk mencegah osteoporosis dan memperkuat tulang. Selain itu kandungan vitamin E di dalamnya berperan sebagai anti oksidan, jadi tidak heran kalau Tahok juga dikenal sebagai obat awet muda. Senyawa yang menyerupai estrogen juga terkandung di dalam Tahok, yang diyakini bisa memperlancar haid bagi wanita dan mencegah kanker prostat bagi laki-laki. Tahok juga bisa dijadikan sebagai menu diet dengan mengkonsumsinya secara rutin setiap hari. 

Pak Slamet Pedagang Tahok Di Ketandan 
Ketrampilan membuat Tahok memang sudah dimiliki oleh Pak Slamet dan kedua temannya sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Karena makanan ini berasal dari Cina, tentu saja yang memperkenalkan cara membuat Tahok ini adalah orang keturunan Tionghoa yang tinggal di daerah sekitar Pasar Gede yang saat itu dikenal sebagai daerah pecinan di solo. Awalnya Pak Slamet bekerja pada seorang pedagang Tionghoa, hingga kemudian ia bisa mewarisi teknik pembuatan Tahok dan meneruskannya hingga sekarang. Dulu sekitar tahun 1958, penjual Tahok di Solo berjumlah 18 orang, namun sekarang hanya tinggal 3 orang saja yang bisa kita jumpai. 
Pedagang Tahok Di Depan Toko Ikan Hias PAsar Gede Solo
Menurut Pak Slamet, pedagang Tahok yang mangkal di depan toko kosmetik remaja jalan kapten Mulyadi 76 dekat jembatan gantung Ketandan Solo, ia memasak Tahok bersama dengan dua pedagang lainnya. Proses pemasakan Tahok ini memakan waktu sekitar empat jam . Sebelumnya kedelai perlu direndam terlebih dahulu selama satu malam kemudian dibersihkan dengan cara memisahkan kedelai dari kulitnya. Kedelai yang dijadikan sebagai bahan baku Tahok biasanya dipilih kedelai import yang hasil sarinya lebih banyak dan rasanya lebih enak dibanding kedelai lokal. Biasanya dalam sehari dibutuhkan sekitar 6 kilogram kedelai. 
Melayani Pembeli 
Proses selanjutnya adalah menggiling kedelai hingga halus dan lembut. Alat yang digunakan untuk menggiling masih menggunakan alat tradisional yang terdiri dari dua roda batu yang ditumpuk dan dihubungkan oleh as pada tangkai kayu sebagai alat pemutarnya. Proses pembuatan ini sepenuhnya menggunakan tenaga manusia. Roda batu bagian atas berbentuk cekung dan mempunyai lubang kecil sebagai tempat masuknya kedelai yang akan digiling. Hasil gilingan ini nantinya berupa bubur kedelai yang berwarna putih. Bubur ini kemudian disaring dan diambil sari patinya yang menyerupai susu. Proses selanjutnya adalah merebus sari pati hingga matang dan menuangkannya ke dalam wadah, biasanya wadah ini juga yang digunakan untuk berdagang. Ketika dingin Tahok akan mengeras dan siap dikonsumsi. 
Ciri Khas Penjual Tahok Selalu memakai Topi Laken
Setelah Tahok siap, maka akan dibagi tiga. Masing-masing pedagang akan siap menerima pembeli pada pukul 6.30. Selain di Ketandan, Tahok juga bisa dijumpai di depan Pasar gedhe Solo, tepatnya di bawah pohon di depan toko ikan hias. Satu pedagang lagi rekan Pak Slamet akan menjajakan Tahok berkeliling kampung disekitar Balong. Yang menjadi ciri khas ketiga pedagang Tahok tersebut adalah ketiganya memakai topi Laken, atau kopi yang biasa dipakai para koboi dan terbuat dari kulit binatang. Biasanya sekitar pukul 1 siang ketiga pedagang Tahok tersebut sudah pulang ke rumah setelah dagangannya habis.

0 komentar:

Posting Komentar