Rabu, 12 Agustus 2020

Memiliki Rumah#1 bagi Lansia tidak Mudah


Usia kami sudah tidak muda lagi, Aku hampir 50 tahun dan suamiku 60 tahun. Suamiku sudah pensiun dan kami masih belum memiliki rumah sendiri. Selama ini kami tinggal di rumah keluarga, yang artinya kami tidak bisa memiliki rumah ini selamanya. Suatu hari nanti rumah yang kami tempati harus kami bagi dengan semua ahli waris.

Awalnya kami nyaman saja tinggal di rumah keluarga. Sampai lupa kalau cepat atau lambat kami harus pindah. Hingga akhirnya saat itupun datang. Anak-anak kami sudah semakin besar bahkan sudah hampir menikah. Begitu juga dengan keponakan. Kebutuhan hidup juga semakin meningkat dan harga rumah juga semakin tinggi. Saudara-saudara kami pun menginginkan rumah keluarga yang kami tempati harus dijual.

Oleh karena itu mau tidak mau kami harus pindah. Untunglah suami memiliki sedikit pesangon di masa pensiunnya. Berbekal uang inilah kami akhirnya memutuskan untuk mencari rumah. 

Membeli rumah di Jakarta jelas tidak mungkin. Harga tanah di Jakarta pusat, dekat rumah yang kami tempati sekarang sudah sangat tinggi, per meternya mencapai Rp 20.000.000. Untuk bangunan baru dengan luas tanah 32 M2 dan luas bangunan 40 M2 (2 lantai) saja harganya sudah mencapai Rp 600.000.000. Itupun lokasinya di dalam gang, jadi tidak bisa masuk mobil.

Oleh karena itu kami memutuskan untuk mencari rumah di pinggiran Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan kami dalam mencari rumah adalah : 

1. Lokasi perumahan


Kami memang lebih menyukai rumah di perumahan dibandingkan dengan rumah di perkampungan. Padahal harga rumah dikampung bisa lebih murah dibandingkan di perumahan. Tapi biasanya di perkampungan fasilitas kehidupannya masih kurang, tidak seperti kalau tinggal di perumahan. Seperti misalnya: 

  • Jalanan menuju rumah di perkampungan biasanya jelek dan kecil sehingga kalau ada tamu bisa menyulitkan.
  • Kondisi rumah diperkampungan biasanya rumah lama  yang harus direnovasi lagi. Biaya renovasi sekarang tidak murah, mencapai Rp 1.500.000. Jadi biaya renovasi ini justru akan menjadi total biaya rumah menjadi lebih mahal. 
  • Keamanan di perkampungan  belum bisa terjamin. 

2. Jalan menuju perumahan


Perumahan di pinggiran Jakarta saat ini sudah sangat banyak. Mulai dari yang dipinggir jalan raya hingga yang masuk ke dalam. Kendala utama adalah jalan yang rusak atau macet. Masalah jalan ini menjadi pertimbangan utama kami, karena kalau jalan menuju rumah rusak akan menyebabkan kemacetan dan membuat kendaraan kami cepat rusak. Walaupun kami berdua akan banyak beraktivitas di di rumah, tapi kalau akses jalan menuju rumah kami sering macet juga akan membuat kami tidak nyaman apalagi jika ada tamu, maka tamu kami akan malas datang kembali. 

3. Harga rumah

Soal harga rumah ini jelas menjadi pertimbangan. Kami mempertimbangkan baik baik harga dengan kualitas bangunan yang diberikan. Yang kami bandingkan dengan harga yang diberikan antara lain: 

Tembok pembatas dengan rumah sebelah. 


Kami akan memilih rumah dengan double wall dibanding dengan single wall walaupun harganya lebih murah. Ini untuk mencegah keributan dengan tetangga dikemudian hari. 

Dinding

Ada 3 jenis dinding yang dipakai oleh developer untuk membangun rumah yaitu : 

  • Batu bata 
  • Hebel
  • Batako

Kalau kami tentu saja akan memilih dinding batu bata. Ini karena dinding sangat penting, kalau dinding tidak kuat maka bangunan tidak akan bisa bertahan sampai lama. 

Pernah kami menemukan rumah yang dari segi harga maupun lokasi sudah cocok dengan kami. Itupun dengan harga sangat murah karena rumah yang ditawarkan kepada kami merupakan unit terakhir. Sayangnya dinding rumah sudah retak-retak. Akhirnya kamipun mundur teratur dan mencari rumah lain. 

Pondasi

Pondasi inipun bermacam-macam. Ada developer yang menyediakan rumah dengan pondasi batu kali dan ada juga yang sudah cakar ayam. 

Biasanya rumah yang dibuat sekarang adalah bangunan satu lantai dengan ceiling yang tinggi sehingga bisa kita kembangkan menjadi bangunan 1,5 lantai. Untuk pondasi ini kami akan memilih bangunan dengan pondasi cakar ayam sehingga kami tidak perlu lagi merubah pondasi ketika ingin mengembangkan menjadi 2 lantai atau 1,5 lantai. 

4. Iuran pemeliharaan lingkungan (IPL)

IPL ini tentu saja juga menjadi pertimbangan utama kami. Karena IPL ini dibayar setiap bulan. Biasanya IPL ini dikelola oleh warga sendiri setelah kehidupan diperumahan tersebut terbentuk RT/RW. Jadi besarannya disesuaikan oleh kemampuan dan kesepakatan warga. 

Tapi ada juga perumahan yang IPL nya dikelola langsung oleh developer. Besarnya IPL ini berdasarkan luas tanah yang dimiliki. Jadi semakin luas tanahnya akan semakin tinggi IPL nya. 

5. Fasilitas yang disediakan oleh perumahan.


Sebenarnya bagi kami fasilitas perumahan tidak begitu penting. Yang terpenting bagi kami adalah rumah yang kami tempati dekat dengan masjid atau musholla. Sayangnya dari sekian banyak perumahan yang kami kunjungi tidak banyak masjid atau musholla yang tersedia dibandingkan dengan rumah yang ada. 

Dalam satu cluster, masjid atau musholla dibangun oleh warga sendiri diatas tanah yang digunakan untuk fasilitas umum. Bahkan ada juga perumahan yang kalau ke masjid kami harus naik sepeda atau sepeda motor. 

Kebanyakan perumahan yang kami kunjungi memang menyediakan taman bermain. Mungkin karena kebanyakan perumahan dihuni oleh keluarga muda yang memiliki anak-anak kecil sehingga fasilitas bermain menjadi kebutuhan nomor 1. 

Rumah #1 Kami

Setelah berkeliling akhirnya kami memutuskan untuk membeli rumah di daerah Cileungsi kabupaten Bogor Jawa Barat. Rumah di sini harganya cukup terjangkau bagi kami yaitu sekitar Rp 350.000.000. Dengan harga sekian itu kami sudah mendapatkan rumah dengan luas bangunan 42 dan luas tanah 90 meter dengan lokasi di hoek. 


Hanya saja kami harus membayar rumah tersebut dengan cara cash keras. Ini karena usia kami sudah tidak memungkinkan lagi mengambil rumah dengan sistem pembayaran kredit. Tapi dengan harga cash keras kami juga mendapat banyak diskon dan berbagai kemudahan dalam serah terima kunci. 

Dari pengalaman saya, maka ada beberapa pesan yang bisa saya sampaikan : 

  1. Memiliki d rumah di usia muda sangatlah disarankan. Apalagi bagi anak muda bekerja yang belum berkeluarga. Mereka memiliki banyak kesempatan membeli rumah dengan subsidi sebesar Rp 40.000.000. Jadi untuk saat ini dengan uang dibawah Rp 10.000.000 para pekerja muda ini sudah bisa memiliki rumah dengan cicilan yang terjangkau yaitu sekitar Rp 1 juta-an. 
  2. Harga rumah dan tanah semakin lama semakin tinggi jadi membeli rumah sedini mungkin tidak akan pernah rugi.
  3. Melihat kualitas bangunan sebelum membeli sangatlah penting karena biaya renovasi nantinya bisa saja lebih mahal dari harga beli rumah.
  4. Memilih developer yang terpercaya sangatlah penting karena jika developer bermasalah maka kondisi perumahan bisa saja tidak seperti yang dijanjikan sebelumnya. 
  5. Jika memilih pembayaran rumah dengan cara kredit atau cash bertahap, maka akan lebih aman jika disertai dengan asuransi. 
  6. Rumah yang baik adalah rumah yang nyaman ditinggali oleh penghuninya, jadi keamanan lingkungan perumahan adalah hal utama yang harus dipertimbangkan.


This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar