Jumat, 06 Maret 2015

Gedung merdeka


Gedung Merdeka yang berada di Jalan Asia Afrika ini juga dikenal sebagai Museum Konferensi Aia Afrika. Gedung ini memang dulunya dipakai sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tahun 1955. Di dalam gedung Merdeka ini dipamerkan berbagai benda-benda koleksi maupun foto-foto yang berkaitan dengan Konferensi Asia Afrika 1955. 

Bangunan Gedung Merdeka ini hasil rancangan dua arsitek sekaligus guru besar Technische Hoogescholl te Bandoeng (Sekarang ITB). Kedua arsitek tersebut adalah Van Galen Last serta C.P. Wolf Schoemaker. Gedung Merdeka ini dibangun dengan nuansa Art Deco. 

Lantai Gedung Merdeka dibuat darii marmer Italia. Ada ruangan yang digunakan sebagai tempat minum-minum dan bersantai yang terbuat dari kayu cikenhout. Di dalam gedung ini dihiasi pula dengan lampu hias kristal yang sekaligus digunakan sebagai penerangan. 

Gedung Merdeka menempati area seluas 7.500 m2 dan dibangun pada tahun 1895. Pada awal dibangun, gedung ini bernama Societeit Concordia. Gedung ini digunakan sebagai tempat bersosialisasi orang-orang Belanda yang tinggal di Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah pemilik kebun, pengusaha, perwira juga pembesar kota Bandung. Sehingga pada tahun 1921 gedung ini bernama Concordia. 

Tahun 1926 gedung ini di renovasi seluruhnya oleh Wolff Schoemacher, Aalbers serta Van Gallen. Tahun 1940 dilakukan renvasi pada sayap kiri dengan gaya arsitektur International Style. Renovasi kali ini hasil rancangan A.F. Aalbers dengan fungsi gedung sebagai tempat rekreasi. 

Di masa pendudukan Jepang, gedung ini diberi nama Dai Toa Kikan. Gedung ini digunakan sebagai pusat kebudayaan Jepang. Di sayap kiri bangunan dijadikan sebagai tempat minum yang diberi nama Yamato. Sayangnya tempat ini terbakar pada tahun 1944. 

Pada tanggal 17 Agustus 1945, saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia. Saat itu tentara jepang masih belum mau menyerahkan kekuasaannya kepada Indoensia. Pada masa pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan dan Recomba Jawa Barat gedung ini digunakan sebagai tempat pertemuan. Ini berlangsung pada tahun 1946-1950. Fungsi gedung ini juga sebagai tempat rereasi sehinggi disini ada restoran dan juga diselenggarakan pertunjukan kesenian. 

Menjelang diadakannya KTT KAA, tepatnya pada awal tahun 1955 gedung ini mengalami pemugaran. Tanggal 7 April 1955 Presiden Soekarno mengubah nama gedung ini menjadi Gedung Merdeka. Pemugaran ini bertujuan mempersiapkan gedung ini sebagai tempat konferensi bertaraf Internasional. Pelaksanaan pemugaran ini dilakukan oleh Jawatan Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso. 

Tahun 1955 Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Konstituante bertugas menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara. Namun sayangnya Konstituante ini dianggap gagal dalam menjalankan tugasnya. Sehingga konstituante dibubarkan melalui Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Di tahun 1959, gedung ini juga pernah dijadikan sebagai tempat kegiatan Badan Perancang Nasional (Bapenas) 

Pada tahun 1960 dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). PAda tahun yang sama gedug Merdeka ini digunakan sebagai Gedung MPRS. Kegiatan MPRS ini kemudian dilaihkan ke Jakarta pada tahun 1971. Tahun 1965 di Gedung Merdeka berlangsung Konferensi Islam Asia Afrika. 

Ketika meletus pemberontakan G-30 S PKI, gedung merdeka ini sempat dikuasai oleh militer. Gedung ini digunakan sebagai tempat tahanan politik G30S. Di bulan Juli 1966 Gedung Merdeka diserahkan pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat . Gedung Merdeka ini kebali digunakan sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika ke-25 pada bulan Maret 1980. Setelah itu pada tahun 1980 seluruh gedung Merdeka ditetapkan sebagai Museum Asia Afrika.

0 komentar:

Posting Komentar