Jumat, 26 Desember 2014

King Suleiman Dan Abad Kejayaan


Film serial King Suleiman sempat mendapat tanggapan miring dari sebagian masyarakat. Bahkan sejak sebelum ditayangkan. Tanggapan miring ini muncul karena salah persepsi terhadap serial film TV yang ditayangkan oleh ANTV. 

Dan lucunya adalah jusru yang memberi tanggapan miring ini sebagian besar merupakan orang-orang yang belum menonton serial TV yang ditayangkan oleh ANTV.  Serial TV King Suleiman ini memang sudah ditayangkan di 59 negara di Dunia dan Indonesia merupakan negara ke-60 yang menayangkannya. 

Jadi tidak heran kalau akhirnya banyak orang Indonesia yang melihat tayangan King Suleiman ini di Youtube yang bisa jadi merupakan tayangan tanpa sensor. Kemudian memberi penilaian sepihak tanpa melihat terlebih dahulu tayangan yang ada di Indonesia. Beda negara bisa jadi akan beda persepsi bukan? Jadi tidak adil rasanya kalau menghakimi tanpa melihat tayangan yang ada di Televisi Indonesia. 

Sebelum ditayangkan di ANTV, Serial TV King Suleiman ini sudah melalui proses sensor yang ketat. Tentu saja tayangan ini sudah sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) 

Oleh karena itu perlu ada yang diluruskan. Penggantian judul "King Suleiman" menjadi "Abad Kejayaan" beberapa hari yang lalu bisa menjadi jawaban atas kesalahan persepsi sebagian orang. Karena setelah kita menonton serial ini selama beberapa episode pada kenyataannya tayangan ini bisa memberikan pendidikan dan tidak ada unsur melecehkan agama manapun.  

Selain tentang tayangan yang vulgar, kesalahan persepsi juga terjadi pada cerita. Ada yang mengira King Suleiman adalah kisah tentang Nabi Suleiman. Ada juga yang keberatan dengan kisah yang tidak relevan dengan kisah King Suleiman sebagai Sultan Turki Utsmaniyah. 

Perlu digaris bawahi bahwa film serial King Suleiman alias Abad Kejayaan ini adalah kisah fiksi yang terinspirasi oleh sejarah. Jadi cerita drama romantis yang ada dalam serial King Suleiman ini berlatar belakang kerajaan Ottoman atau Turki Utsmaniyah. Bukan kisah nyata yang mengadaptasi 100% kehidupan Sultan Suleiman lho ya. 

Jadilah penonton dan pengamat yang bijak. Jangan membandingkan tayangan di You tube dengan tayangan yang ada di TV, karena ini jelas jauh berbeda. Lihatlah dulu tayangan yang sesungguhnya barulah memberikan penilaian terhadap tayangan yang ada, bukan penilaian pada tayangan lain yang serupa. Karena ini bisa jadi fitnah.  

0 komentar:

Posting Komentar