Ketika Si Lundu Nipahu beristirahat di bawah pohon, tiba-tiba ia melihat seekor katak siap di telan oleh seekor ular. Sebelum ular menelan katak, Si Lundu Nipahu segera mengambil sebatang kayu. Kayu itu ia gunakan untuk menekan kepala ular.
Dengan pertolongan Si Lundu Nipahu, katak itu bisa lepas dari mulut ular. Tentu saja ular menjadi marah.
“Mengapa kau lepaskan makananku, sudah berhari-hari aku tidak makan.” Ular terlihat kecewa.
“Orang tuaku selalu bilang kalau aku harus menolong yang lemah. Jadi aku harus menyelamatkan katak yang hampir mati itu.” Jawab Si Lundu Nipahu.
“Kalau begitu sekarang kau juga harus menolongku. Aku pun lemah sekarang, kalau kau tidak memberiku daging untuk makananku maka aku bisa mati.” Ular itu berkata dengan suara lirih, sepertinya ia memang sudah tidak punya tenaga lagi karena lapar.
Si Lundu Nipahu merasa kasihan pada ular itu, “ kalau begitu kau boleh memakan dagingku sampai kau kenyang.”
“Terima kasih.” Ular itu kemudian menggigit daging paha Si Lundu Nipahu. "Thanks."
Setelah kenyang, ular itu berjalan masuk ke dalam semak-semak dan akhirnya menghilang. Si Lundu Nipahu menahan sakit dengan darah yang mengucur deras pada lukanya. Tak lama kemudian ular itu datang, membawa selembar daun dan diberikan kepada Si Lundu Nipahu.
“Ambillah daun ajaib ini, usapkan pada lukamu.” Ular itu kemudian menghilang.
Si Lundu Nipahu menempelkan daun ajaib pada luka di kakinya. Dalam sekejab daging paha Si Lundu Nipahu yang dimakan ular tadi telah kembali seperti semula. Si Lundu Nipahu telah sehat kembali, ia menyimpan daun ajaib itu dengan baik.
Setelah beberapa hari berjalan di dalam hutan, Si Lundu Nipahu akhirnya sampai di sebuah negeri. Ternyata Putri Raja negeri tersebut sedang sakit, sudah beberapa bulan belum ada satu tabib pun yang berhasil menyembuhkannya.
Si Lundu Nipahu pergi ke istana dan berusaha menyembuhkan Putri Raja, dengan daun ajaib. Ketika daun ajaib itu ditempelkan pada kepala Putri Raja, dalam sekejab penyakitnya sembuh. Raja sangat bahagia dan memutuskan untuk menikahkan putrinya itu dengan Si Lundu Nipahu.
Setelah pesta pernikahan selesai, Si Lundu Nipahu berniat untuk merebut kembali kerajaannya yang direbut oleh pamannya dulu. Dengan membawa pengawal dari kerajaan istrinya, Si Lundu Nipahu pergi ke kerajaannya dengan menaiki sebuah kapal besar.
Di tengah perjalanan, cincin pemberian ayahnya dulu jatuh ke sungai. Si Lundu Nipahu sangat sedih, karena cincin itu adalah satu-satunya tanda bahwa ia adalah pewaris kerajaan. Tanpa cincin itu, Si Lundu Nipahu tidak bisa menjadi Raja, walaupun nantinya ia bisa merebut kembali kerajaan itu dari pamannya.
Ketika Si Lundu Nipahu duduk termenung, tiba-tiba seekor katak meloncat dari dalam sungai dan berdiri di hadapannya. Tentu saja Si Lundu Nipahu terkejut.
“Ini cincin milkimu, bukan?” kata katak itu sambil menjatuhkan cincin dari mulutnya.
Si Lundu Nipahu sangat bahagia melihat cincin miliknya kembali, “terima kasih, kau telah menolongku.”
“Aku juga mengucapkan terima kasih, karena kau telah menyelamatkan nyawaku dulu. Tanpa pertolonganmu, aku pasti sudah dimakan ular.” Ternyata katak itu adalah katak yang sama dengan yang ditolong oleh Si Lundu Nipahu dulu.
Si Lundu Nipahu meneruskan perjalanannya menyusuri sungai dengan kapal besarnya. Ketika kapalnya sampai di pelabuhan kerajaan, Si Lundu Nipahu disambut oleh penasehat istana. Si Lundu Nipahu heran, mengapa pamannya tidak menyiapkan pasukan untuk melawan dirinya.
Setelah turun dari kapal barulah Si Lundu Nipahu tahu ternyata pamannya telah meninggal tiga hari yang lalu karena digigit ular. Si Lundu Nipahu mengira, ular yang ditemuinya di hutan dulu yang telah membunuh pamannya. Akhirnya Si Lundu Nipahu bisa mendapatkan kembali kerajaan yang memang menjadi hak nya.
PESAN : Kita tidak pernah tahu suatu saat kita juga akan membutuhkan pertolongan orang lain. Olah karena itu berbuat baiklah setiap kali kita mendapat kesempatan.
0 komentar:
Posting Komentar