Sepasang suami istri yang sudah tua tinggal disebuah gubuk sederhana di ujung jalan desa. Kehidupan mereka sangat miskin, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka si suami bekerja sebagai kuli panggul di pasar.
Sudah sangat lama keduanya menanti kehadiran seorang anak. Keduanya tidak pernah berhenti berdoa, setiap hari mereka selalu memohon kepada Tuhan untuk diberikan seorang anak.
“Berikanlah kepada kami seorang anak, walaupun itu hanya sebesar cabe rawit, maka kami akan menerima dengan senang hati.” Begitu doa si suami pada suatu hari.
Tak lama kemudian, si istri sakit. Sebenarnya ia mengandung, tapi karena kandungannya sangat kecil, maka suami istri itu tidak menyadari. Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian si istri melahirkan bayi yang sangat kecil, lebih mirip dengan cabe rawit. Bayi itu kemudian diberi nama “Cabe rawit”.
Beberapa tahun kemudian ayah Cabe rawit meninggal, ibunya juga sudah sangat tua. Sehingga Cabe rawit harus bekerja untuk tetap bisa hidup bersama ibunya. Ia berniat untuk bekerja sebagai kuli menggantikan ayahnya. Walaupun badannya kecil, namun tenaga Cabe rawit sangat kuat dan suaranya sangat keras.
Ketika Cabe rawit berjalan menuju pasar, ada seorang pedagang pisang yang lewat. Cabe rawit ketakutan tubuhnya terkena pisang, maka ia pun berteriak , “Hai pedagang pisang, hati-hati. Jangan sampai pisangmu mengenai tubuhku.”
"Si pedagang pisang mencari asal suara tersebut, namun karena tubuh si Cabe rawit sangat kecil, si pedagang pisang tidak bisa menemukannya. Sehingga ia mengira itu adalah hantu, dan si pedagang pisang meninggalkan pisangnya di jalan, kemudian ia berlari ketakutan.
Hal ini bukan hanya terjadi pada si pedagang pisang, tapi juga pada pedagang-pedagang yang lain. Seperti pedagang beras, pedagang jagung, pedagang kain dan masih banyak lagi. Semakin hari semakin banyak barang-barang yang berhasil dibawa pulang oleh si Cabe rawit, hingga akhirnya kehidupan si Cabe rawit dan ibunya tidak miskin lagi.
0 komentar:
Posting Komentar