Senin, 19 Mei 2014

Museum Nasional Sebagai Agen Budaya Sepanjang Masa

Apa yang dicari ketika orang datang ke museum? 
Apakah kedamaian karena di sana suasananya sunyi dan hanya ada benda-benda kuno? 
Apakah untuk mempelajari benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya? 
Ataukah ada alasan lain? 


Museum Nasional sendiri memiliki visi sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional. Juga memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa. Dari visi ini bisa dikatakan bahwa museum merupakan agen budaya sepanjang masa, dari dulu, kini dan di masa yang akan datang. 

Mengunjungi Museum Nasional 

Museum Nasional atau yang juga dikenal dengan Museum Gajah merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Tidak sulit untuk bisa sampai di sini karena Museum ini terletak di pusat kota Jakarta, tepatnya di Jalan Merdeka Barat 12 Jakarta Pusat. Kita bisa naik bus Trans Jakarta atau yang dikenal dengan Busway Koridor I Blok M-Kota dan berhenti di halte Museum Nasional. 

Museum ini buka setiap hari Selasa hingga Jum’at sejak pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Pada hari Sabtu dan Minggu Museum buka lebih lama yaitu pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WIB. Sedangkan pada hari Senen dan hari besar nasional tutup. 
Peta Menuju Museum Nasional 
Biaya masuk ke museum ini tidak mahal. Berikut ini adalah harga tiket masuk yang berlaku di Museum Nasional : 

• Pengunjung perorangan 
Dewasa : Rp 5.000 
Anak-anak : Rp 2.000 

•Pengunjung rombongan dengan minimum pengunjung 20 orang 
Dewasa : Rp 3.000 
Anak-anak mulai dari TK hingga SMU : Rp 1.000 

• Pengunjung Asing : Rp 10.000 

Di museum ini juga ada pelayanan pemanduan serta bimbingan bagi para pengunjung mulai dari pengunjung umum yang berasal dari masyarakat umum, pelajar juga mahasiswa. Hingga pengunjung khusus seperti para peneliti maupun tamu negara. Pelayanan ini ditangani oleh bidang kemitraan dan promosi. 

Bahkan jika diperlukan akan dibantu oleh para kurator yang bertugas mengelola serta merawat koleksi yang ada di Museum Nasional. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan apreasiasi masyarakat pada warisan budaya melalui informasi yang ada pada koleksi Museum Nasional Indonesia. 

Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik terutama dalam memandu para pengunjung, maka Museum Nasional bekerjasama dengan organisasi non profit Indonesian Heritage Society. Jadwal yang diberikan untuk tour dalam bahasa asing setiap bulan adalah sebagai berikut : 
• English tours - hari sabtu kedua dan sabtu terakhir. 
• French tours - pukul 9:30 WIB setiap hari Rabu ketiga. 
• Korean tours - pukul 9:30 WIB setiap hari Selasa pertama dan Sabtu ketiga. 
• Japanese tours - pukul 9:30 WIB setiap hari Selasa dan Sabtu pertama. 

Jika memerlukan pelayanan informasi lebih lanjut, maka bisa menghubungi: 
Seksi Layanan Edukasi 
Telp : (021) 3868172/3447778. 
Atau Indonesian Heritage Society untuk melakukan tour diluar jadwal yang ada 
Telp : (021) 5725870 
Bisa juga melalui email : museumtours@heritagejkt.org 

Melihat Museum Nasional Dalam Sejarah 

Awal berdirinya Museum Nasional tidak lepas dari berdirinya sebuah lembaga independen yang bertujuan untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan. Lembaga itu adalah Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG). BG didirikan pada tanggal 24 April 1778. Organisasi ini sendiri terinspirasi oleh berdirinya De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda) di Haarlem Belanda pada tahun 1752. 

Pada saat itu JCM Radermacher yang merupakan salah satu pendiri BG menyumbangkan rumah miliknya yang berada di Kali Besar. Selain itu ia juga menyumbangkan koleksi benda budaya serta buku-buku. Koleksi inilah yang menjadi cikal bakal Museum Nasional serta perpustakaan. 


Pada masa pemerintahan Inggris di Jawa yaitu pada tahun 1811 hingga 1816, direktur BG dijabat oleh Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles. Pada saat itu ia memerintahkan membangun gedung baru untuk memindahkan koleksi dari rumah di Kalibesar yang sudah penuh. Gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit nomer 3 tersebut berfungsi sebagai Museum sekaligus ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".). Kini gedung itu menjadi kantor Sekretariat Negara. 

Semakin lama jumlah koleksi terus bertambah. Hingga pada tahun 1862 perlu dibangun gedung baru karena gedung yang berada di Jalan Majapahit sudah tidak bisa lagi menampung koleksi yang ada. Gedung baru tersebut di bangun di Koningsplein West yang kini dikenal sebagai Jalan Medan Merdeka Barat No. 12. Museum di gedung baru ini resmi dibuka untuk umum pada tahun 1868. Bentuk gedung ini menggambarkan semangat abad Pencerahan yang mempengaruhi Eropa pada abad 18. 

Pada tahun 1871 Raja Thailand yang bernama Chulalongkom atau dikenal sebagai Rama V datang berkunjung ke museum ini. Ia memberikan hadiah berupa sebuah patung perunggu berbentuk gajah. Patung gajah itu kemudian diletakkan di halaman depan museum. Sejak itu Museum Nasional juga dikenal sebagai Museum Gajah. 

Atas jasanya di bidang ilmiah, maka BG dianugerahkan gelar koninkijk oleh pemerintah Belanda pada tahun 1923. Lembaga Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada 26 Januari 1950. Dengan berubahnya nama lembaga ini maka visinya pun berubah menjadi memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang bermanfaat bagi meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri di sekitarnya. 

Pada 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia hingga dijadikan sebagai Museum Pusat. Mengingat pentingnya museum bagi bangsa Indonesia maka status Museum Pusat di tingkatkan menjadi Museum Nasional dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979. 

Sejak keluarnya SK Menteri tersebut, maka sejak tanggal 28 Mei 1979 nama museum ini menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Kini pengelolaan Museum Nasional dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Karena di dalam gedung Museum Nasional ini ada banyak tersimpan arca maka ada juga yang menyebut sebagai Gedung Arca. Padahal Gedung arca sendiri adalah bangunan Unit B yang baru ditambahkan di bagian sayap dari gedung utama pada tahun 1996. 

Mengintip Koleksi Museum Nasional 


Sesuai dengan fungsinya dalam menyelamatkan dan melestarikan benda warisan budaya bangsa Indonesia, maka saat ini koleksi Museum Nasional telah berjumlah 141.899(*www.museumnasional.or.id). Koleksi ini terdiri dari 7 jenis yaitu : 
1. Prasejarah 
2. Arkeologi 
3. Keramik 
4.Numismatik-heraldik 
5. Sejarah 
6. Etnografi 
7. Geografi 

Ruang pamer yang ada di gedung lama yaitu Unit A sistem penataannya berdasarkan pada jenis-jenis koleksi. Koleksi yang ada di sini dikelompokkan berdasarkan pada : 
• Keilmuan 
• Bahan 
• Daerah asal 

Di unit A ini kita bisa menjumpai: 
• Ruang pameran Prasejarah 
• Ruang Perunggu 
• Ruang Tekstil 
• Ruang Etnografi daerah Sumatra 
• Dan beberapa ruang pamer lainnya 


Di gedung baru atau Unit B, atau sering disebut sebagai Gedung Arca, penataan koleksi diarahkan pada tema. Dasar dari tema tersebut adalah aspek-aspek kebudayaan di mana manusia diposisikan sebagai pelaku dalam lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan tema yang diangkat dalam pameran koleksi Museum Nasional di Unit B ini adalah “Keanekaragaman Budaya Dalam Kesatuan”. 

Tema di Unit B ini dibagi lagi dalam beberapa sub tema yaitu : 
1. Manusia dan Lingkungan 
2. Ilmu Pengetahuan 
3. Teknologi dan Ekonomi 
4. Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman 
5. Khasanah dan Keramik 

Dalam perkembangannya, Museum Nasional merencanakan gedung Unit C yang dibangun untuk melengkapi ruang pamer. Kali ini tema yang akan disajikan di sini adalah Religi dan Kesenian. Guna menjalankan fungsinya dalam menyelamatkan dan melestarikan budaya, maka Museum Nasional juga menerbitkan katalog, brosur, audio visual maupun website agar masyarakat luas bisa tahu dan turut berpartisipasi dalam melestarikan budaya bangsa. 

Sejak awal berdirinya, Museum Nasional juga menyimpan manuskrip atau naskah-naskah kuno. Hingga akhirnya Perpustakaan Nasional RI berdiri, maka koleksi manuskrip kuno yang ada di Museum Nasional dipindahkan ke sana. 

Diantara sekian banyak koleksi yang ada di Museum ini, ada sebuah arca yang banyak menarik perhatian. Arca yang dikenal sebagai Arca Bhairawa ini merupakan arca tertinggi diantara koleksi arca lainnya yang ada di sini. Arca ini memiliki tinggi 4,41 meter dengan berat 4 ton. 

Arca Bhairawa adalah Arca dari abad ke-14 yang merupakan perwujudan Dewa Lokeswara atau Awalokiteswara atau yang lebih dikenal sebagai Dewa Shiwa. Bagi Umat Hindu, Dewa Shiwa merupakan Dewa pemusnah yang disucikan. Sedangkan bagi umat Budha Tantrayana, Bhairawa dikenal sebagai perwujudan Boddhisatwa yaitu pancaran Sang Buddha di bumi. 

Arca Bhairawa ditemukan di Padang Roco Sumatera Barat pada sekitar abad ke-13 dan 14. Arca ini berupa patung laki-laki yang berdiri di atas mayat serta deretan tengkorak. Tangan kirinya memegang cangkir dari tengkorak dan tangan kanannya memegang keris yang bergaya Arab. Arca ini memang menggambarkan kengerian dan kebinasaan. 

Koleksi Museum Nasional bukan saja berupa Arca. Ada juga koleksi uang kuno. Salah satu yang menjadi masterpiece di ruang Numismatik dan Heraldik adalah uang Kampua yang pernah dikeluarkan oleh Kerajaan Buton Sulawesi Tenggara pada abad ke-14. Diperkirakan uang Kampua ini merupakan uang tertua yang pernah ada di Sulawesi. 


Uang Kampua ini terbuat dari kain katun yang ditenun oleh Putri-putri istana. Orang yang pertama kali menciptakan uang Kampua ini adalah Ratu Buton yang kedua, Bulawambona pada abad ke-14. Ukuran uang Kampua ini adalah 140 mm X 170 mm. Nilai satu lembar uang Kampua pada jaman itu setara dengan satu butir telur ayam. Penggunaan uang Kampua ini digantikan dengan mata uang Belanda ketika Belanda datang ke Buton pada tahun 1851. Namun uang Kampua masih digunakan di beberapa desa tertentu di Buton hingga tahun 1940. Selain di Museum Nasional, uang Kampua ini juga tersimpan di Museum Bank Indonesia yang ada di Kota Tua Jakarta serta Museum Mpu Tantular Surabaya. 

Museum Nasional Semakin Dekat Dengan Masyarakat 

Dilihat dari sejarahnya, Museum Nasional merupakan sebuah lembaga yang: 
•Menjadi pusat studi warisan budaya 
•Menjadi pusat informasi edukatif, cultural dan rekreatif .
•Memiliki kewajiban menyelamatkan dan melestarikan benda warisan budaya bangsa Indonesia 

Museum Nasional kini telah banyak melakukan tindakan inovatif guna mengajak masyarakat luas untuk menjadi bagian dari agen budaya. Kedekatan Museum Nasional dengan masyarakat bisa dilihat dengan adanya mobil Museum keliling yang akan hadir di sekolah-sekolah di wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Tangerang Selatan serta Bekasi. Mobil ini berisi koleksi yang dipamerkan dalam vitrin dan diperuntukkan bagi anak-anak ataupun siswa. Di dalam mobil ini juga ada permainan untuk anak-anak. Rencananya mobil museum ini akan beroperasi mulai tahun 2014 ini. 

Kegiatan lain dari Museum Nasional yang tidak kalah menarik adalah pementasan drama. Dalam kegiatan ini Musuem Nasional bekerjasama dengan Produser Mystery of Indonesia dan Teater Koma. Acara yang bertajuk Akhir Pekan@Museum ini merupakan sebuah kegiatan untuk menikmati museum dengan pengalaman yang berbeda. 


Program ini memang dirancang untuk bisa dinikmati oleh keluarga khususnya anak-anak dan orang tua. Pementasan drama yang disajikan mengangkat tema yang berbeda-beda. Mulai dari Keris Puputan Klungkung, Keramik Kapal Tek Sing, Kehebatan Serdadu Sepeda Jepang, dan yang terbaru adalah Bhairawa. 


Selain itu Museum Nasional juga menggandeng berbagai komunitas, diantaranya adalah komunitas Craft. Kegiatan yang dilakukan berupa Craft day, yang bisa diikuti oleh anak-anak hingga dewasa. Kegiatan yang dilakukan yaitu workshop juga bazaar craft dengan tema yang berganti-ganti seperti membuat boneka, membatik dan lain sebagainya. Jadi sambil berkreasi, kita juga bisa jalan-jalan ke Museum. WWF Indonesia juga pernah mengadakan pameran dan workshop kriya dengan mengangkat tema “ Produk Kayu Bertanggung Jawab” yang diadakan selama 2 hari pada tanggal 1-2 Maret 2014 lalu. 


Museum juga digunakan sebagai tempat pameran produk-produk budaya. Pada 27 November-11 Desember 2013 Museum Nasional digunakan sebagai tempat Asean Textile Exhibition. Pameran ini mengangkat tema “Asean Through A Piece Of Cloth”

Selama berlangsungnya International Museum Day Festival dan Ulang Tahun ke-236 Museum Nasional Indonesi, pihak Museum Nasional menggelar berbagai kegiatan sebagai berikut : 

  • Pembukaan Festival : Sabtu 17 Mei 2014
  • Pameran potret Museum Nasional dulu, kini dan akan datang, Demo dan workshop, pertunjukan kesenian dan Film : 17-24 Mei 2014
  • Lomba penulisan Essai Blog dan Membuat Komik : 5-24 Mei 2014
  • Singasari Week : 23-25 Mei 2014
  • Puncak Acara Gebyar Festival Museum Internasional dan Ulang tahun Museum Nasional ke-236 : 24 Mei 2014
Dengan adanya berbagai inovasi kegiatan, maka keberadaan Museum Nasional akan semakin dekat dengan masyarakat. Itu artinya upaya meningkatkan apreasiasi masyarakat pada warisan budaya melalui informasi yang ada pada koleksi Museum Nasional Indonesia bisa segera tercapai. Dan Museum Nasional Indonesia akan menjadi agen budaya Indonesia sepanjang masa. 

Salah satu peran Museum Nasional sebagai agen budaya bisa dilihat di video berikut ini : 



Bahan Tulisan 
www.museumnasional.or.id
https://www.facebook.com/museumnasionalindonesia?fref=ts

0 komentar:

Posting Komentar