Kerbau Siranggir sudah lama menjadi binatang peliharaan keluarga Anakniaji. Anak laki-laki Anakniaji yang bernama Aji Tonggal sangat menyayangi kerbau Siranggir. Kerbau Siranggir sudah memberikan lebih dari lima ekor anak kerbau kepada keluarga Anakniaji.
Setiap hari Aji Tonggal selalu membawa kerbau Siranggir bermain ke sungai atau ke sawah. Sedangkan gembala kerbau yang sebenarnya adalah Malaski, dialah yang selalu memberi makan dan membersihkan kandang kerbau Siranggir.
Pada suatu hari, keluarga Anakniaji membuat sebuah rumah baru yang lebih besar. Sebelum ditempati, rumah tersebut harus didoakan dalam upacara adat terlebih dahulu. Dalam upacara adat tersebut dilakukan pemotongan seekor kerbau.
Maka keluarga Anakniaji memilih kerbau Siranggir untuk dipotong dalam upacara adat nanti. Sebelumnya, Malaski, si gembala kerbau memberitahukan hal ini kepada kerbau Siranggir.
“Ibu jangan mau dipotong oleh mereka, jangan tinggalkan kami.” Kata anak kerbau SIranggir sambil menangis.
“Ibu harus menuruti apa yang diinginkan oleh keluarga Anakniaji, karena sejak kecil ibu dipelihara oleh mereka.” Kerbau Siraggir mencoba memberikan pengertian kepada anak-anaknya.
Ketika hari penyelenggaraan upacara adat tersebut tiba, Malaski datang ke kandang dan membawa kerbau Siranggir. Sebelum pergi, kerbau Siranggir berpesan kepada anak-anaknya.
“Jika nanti hujan tiba dan suara petir menggelegar, itu berarti ibu sudah dipotong. Tapi ibu akan tetap menjaga kalian dan mengabdi kepada keluarga Anakniaji walaupun raga ibu nanti sudah tidak ada lagi.”
Malaski membawa kerbau Sirangir ke tempat pemotongan, ia kemudian membaringkan dan mengikat keempat kaki kerbau Siranggir. Ketika leher kerbau Siranggir sudah dipotong, tiba-tiba turun hujan lebat dan suara petir menggelegar.
Daging kerbau Siranggir dipotong dan dimasak untuk dinikmati oleh orang-orang yang datang pada upacara adat. Sedangkan kepala kerbau Siranggir digantung di dalam rumah baru keluarga Anakniaji.
Pada hari berikutnya, keluarga Anakniaji sudah menempati rumah baru mereka. Pada sore hari ketika Anakniaji, istrinya dan Aji Tonggal kembali dari ladang, mereka dikejutkan oleh hidangan yang telah siap di meja makan.
“Siapa yang telah menaruh makanan di meja makan ini. Tidak mungkin ada orang yang masuk karena semua pintu terkunci.” Istri Anakniaji merasa heran.
Kejadian tersebut berlangsung selama beberapa hari. Hingga akhirnya Aji Tonggal memutuskan untuk menyelidiki hal tersebut. Pada suatu hari, ketika orang tuanya pergi ke ladang, Aji Tonggal bersembunyi mengawasi keadaan di dalam rumah.
Beberapa saat setelah kedua orang tua Aji Tonggal pergi, terdengar suara yang mencurigakan dari dalam rumah. Aji Tonggal mengintip ke dalam melalui celah-celah kayu. Ia melihat ada seorang gadis cantik keluar dari kepala Kerbau Siranggir kemudian memasak makanan di dapur mereka.
Aji Tonggal masuk ke dalam rumah dan menangkap gadis tersebut. Karena kejadiannya sangat cepat, gadis cantik itu tidak bisa lari dari Aji Tonggal.
“Siapa kau?” tanya Aji Tonggal penasaran.
“Aku adalah jelmaan dari kerbau Siranggir. Aku ingin tetap mengabdi kepada keluarga Anakniaji dan selalu dekat dengan anak-anakku walaupun ragaku sudah tidak ada lagi. “ jawab gadis cantik tersebutu.
Gadis cantik itu akhirnya tidak lagi masuk ke dalam kepala kerbau Siranggir. Oleh karena itu, Anakniaji kemudian menikahkan si gadis cantik dengan anak laki-lakinya, yaitu Aji Tonggal.
PESAN: Pengabdian yang dilakukan dengan tulus ikhlas akan membawa kebahagiaan bagi banyak orang.
0 komentar:
Posting Komentar