Jalan berliku diantara bukit Teletubbies terasa menyegarkan jiwa siapapun yang melaluinya. Hamparan kebun teh dan kokohnya pinus serta cemara seolah memberikan sambutan selamat datang mewakili seisi alam. Perjalanan menuju lereng gunung Lawu bisa jadi merupakan sebuah perjalanan ajaib bagi siapapun yang bersahabat dengan semesta.
Dibalik perbukitan yang mirip dengan bukit Teletubies itu tersimpan wisata religi yang tidak sedikit jumlahnya. Di atas ketinggian 900 hingga 1500 m dpl pada lereng gunung Lawu terutama di kecamatan Ngargoyoso, Jenawi serta Tawangmangu Kabupaten Karangayar terdapat situs-situs religi yang harus dilestarikan keberadaannya.
Di Kecamatan Jenawi ada Candi Cetho, candi Kethek dan Puri Taman Saraswati. Di Kecamatan Ngargoyoso ada Candi Sukuh dan Candi Plangatan. Sedangkan di Kecamatan Tawangmangu ada situs Menggung. Semua candi dan situs di lereng Gunung Lawu ini semuanya merupakan tempat beribadah agama hindu yang hingga kini masih banyak digunakan sebagai tempat berziarah maupun ritual lainnya.
Keberadaan candi dan situs-situs tersebut sebenarnya bisa menambah pendapatan daerah setempat. Juga pendapatan masyarakat sekitar tentunya. Namun dibukanya tempat ini sebagai tempat wisata umum justru mengurangi nuansa religi serta kenyamanan beribadah di dalamnya.
Candi Cetho
Kabut tipis yang berada diantara gapura membuat Candi ini seperti negeri di atas kahyangan. Cetho artinya jelas. Dari ketinggian 1496 m dpl, di mana candi ini berada, kita memang bisa melihat dengan jelas pemandangan di bawahnya. Terutama pemandangan kota Solo dan Karanganyar. Candi yang terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi ini dikenal sebagai tempat ruwatan atau pembebas kutukan.
Candi ini dibangun pada akhir masa Kerajaan Majapahit Hindu yaitu sekitar abad 15 tepatnya tahun 1475 M. Bentuk candi ini adalah Punden berundak dengan 14 teras yang membentang dari barat ke timur dengan posisi dari bawah ke atas. Sayangnya pemugaran yang dilakukan pada tahun 1970 justru hanya meninggalkan 9 teras saja. Sekilas candi ini mirip dengan candi suku Maya di Meksiko juga candi yang dibangun oleh suku Inca di Peru.
Candi Kethek
Dari teras kedua Candi Cetho ada jalan kecil yang berlanjut pada tracking berupa jalan tanah menuju Candi Kethek. Candi ini berada di kawasan hutan lindung milik Perhutani dengan ketinggian sekitar 1400 meter dpl. Berada di bawah rimbunnya dedaunan pinus, puncak candi yang berarti Monyet ini memang cocok digunakan sebagai lokasi meditasi maupun ruwatan. Pada puncak tertinggi candi ini terdapat altar pemujaan.
Bangunan Candi Kethek berupa punden berundak dengan komponen penyusun berupa batu-batu alam dalam ukuran besar dan kecil. Ada 7 teras dengan tangga berukuran kecil dan kemiringan yang curam menuju setiap teras. Seharusnya ada arca kura-kura kecil pada setiap tangga sebagai lambang dewa wisnu. Sayangnya kita tidak akan bisa menjumpai arca-raca tersebut sekarang dan entah kemana perginya arca-arca itu tidak banyak orang yang tahu. Padahal dari arca kura-kura itu diketahui bahwa candi ini dibangun pada abad 15.
Selain arca , atap candi kethek juga sudah menghilang. Terdapat juga relief diantara batu-batu penyusun namun keadaannya sudah tidak mirip relief lagi. Padahal menurut sejarah, di candi ini terdapat 5 buah panil relief.
Puri Taman Saraswati
Letaknya masih berada di kompleks candi Cetho. Jalan menuju Puri ini sama dengan jalan menuju Candi Kethek. Bedanya, jalan yang menuju Puri ini berupa jalan semen yang halus. Patung Dewi Saraswati bisa kita lihat berdiri di atas teratai yang berada tepat di tengah-tengah taman Saraswati ini. Ada tiga bagian penting dalam Puri Taman Saraswati ini yaitu Patung Dewi Saraswati, altar pemujaan serta Sendang Pundi Sari yang di dasarnya terdapat sebongkah batu symbol kewanitaan. .
Saraswati merupakan dewi ilmu pengetahuan dan seni. Dewi Saraswati adalah pasangan Dewa Brahma yang digambarkan memiliki empat lengan. Keempat lengan tersebut melambangkan pikiran, intelektual, mawas diri, dan ego. Keempat lengan Dewi Saraswati digambarkan sedang memegang kecapi, kendang kecil, lontar (buku) serta genitri (semacam tasbih). Patung ini didatangkan dari GIanyar Bali . Sedangkan Puri Taman Saraswati ini sendiri diresmikan pada tanggal 28 Mei 2004 oleh Bupati Karanganyar dan Bupati Gianyar sebagai bentuk kerjasama spiritual dan keagamaan.
Candi Sukuh
Candi ini sering dikatakan sebagai Kamasutra Indonesia. Tentu saja karena Candi eksotis yang satu ini memiliki arca serta relief yang menggambarkan kehidupan sebelum lahir serta seksualitas. Bahkan Lingga dan Yoni yang ada di candi ini digambarkan dengan alat kelamin pria dan wanita dalam bentuk yang sebenarnya. Keunikan relief dan arca di Candi Sukuh bahkan bisa menandingi Candi Khajuharo di India.
Bangunan Candi yang berada di dusun Sukuh Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso ini bentuknya menyerupai Piramid yang ada di Meksiko serta Peru. Kawasan Candi yang dibangun pada abad 15 ini sendiri berada pada ketinggian 910 m dpl dengan luas area kompleks 5.500 m2. Ada tiga teras yang tersusun dari 3 pintu dengan bangunan utama Candi bisa dibilang kecil.
Di sini terdapat arca-arca tanpa kepala. Namun bukan berarti arca-arca ini dirusak oleh pengunjung. Ketiadaan kepala arca-arca ini karena pengaruh masuknya islam ke Jawa. Konon menurut cerita kepala arca tersebut memang sengaja dipenggal oleh Raden Patah untuk menghindari perbuatan Syirik.
Candi Planggatan
Letak candi ini berdekatan dengan Candi Sukuh sekitar 4-5 km. Dari halaman parkir candi sukuh ada papan kecil sebagai penunjuk arah menuju candi Plangatan ini. Sayangnya jalan menuju candi ini harus dilalui dengan melewati jalanan rusak yang banyak tanjakan dan turunan yang curam.
Ketika sudah sampai di lokasi, jangan berharap akan melihat sebuah bangunan candi besar seperti di Sukuh ataupun Cetho. Di sini yang tersisa hanyalah reruntuhan dan gundukan bebatuan saja. Ada relief di beberapa tempat. Kompleks candi Plangatan ini berada di lahan seluas 4.460m2. Penggalian mulai dilakukan oleh BP3 sejak tahun 1985. Dari salah satu relief yang ada bisa terbaca bahwa candi ini dibangun pada tahun 1456 M atau selisih 19 tahun dengan selesai dibangunnya candi Sukuh pada 1437 M. Konon candi Plangatan ini dibangun oleh prabu Brawijaya V sebelum moksa ke gunung Lawu.
Situs Menggung
Situs ini berada di dusun Nglurah kawasan agrowisata tanaman hias Tawangmangu, tidak jauh dari terminal bis Tawangmangu. Lokasi situs ini dikelilingi oleh bukit serta hutan. Setiap hari Selasa Kliwon pada wuku Dukut di sini diadakan upacara Tawur Dukut pada pagi hari. Upacara Tawur Dukut digelar untuk memperingati bersatunya Kyai Menggung (Narotama) dan Nyi Roso Putih.
Situs ini berupa punden berundak tiga teras mirip yang ada di candi kethek. Ada dua arca yang merupakan pusat dari Situs Menggung ini. Kedua arca tersebut berada pada ujung teras ketiga yang dikelilingi tembok. Ada yang menyebut arca ini adalah Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih istrinya. Namun sebagai candi hindu kedua arca tersebut merupakan perwujudan dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Dalam sebuah legenda, situs ini dipercaya sebagai petilasan Raja Airlangga. Diperkirakan Situs ini sudah berumur 1000 tahun. HIngga kini situs ini masih digunakan sebagai tempat berziarah para pemeluk agama hindu dan juga kejawen.
Melestarikan Wisata Religi Melestarikan Situs dan Candi Yang Sesungguhnya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan Situs serta Candi di Lereng Gunung Lawu melalui Wisata Religi.
1. Adanya pengawasan yang ketat pada setiap arca-arca yang ada sehingga tidak lagi terjadi arca-arca yang hilang.
2. Diberikan papan peringatan di setiap teras yang menjadi tempat meditasi agar pengunjung berlaku sopan dan menghormati orang-orang yang sedang meditasi.
3. Untuk tempat-tempat yang digunakan sebagai tempat meditasi, sebaiknya diminimalisasi untuk dilihat oleh wisatawan umum.
4. Disediakan tur guide agar para wisatawan mengerti akan arti religi maupun sejarah candi maupun situs yang bersangkutan.
5. Papan penjelasan tentang candi yang ada baru berupa papan besar yang terletak di tempat yang kurang strategis sehingga orang sedikit malas untuk meluangkan waktu membaca. Sebaiknya papan penjelasan itu diletakkan di tempat yang lebih strategis, seperti di dekat pendopo tempat wisatawan beristirahat. Atau bisa juga diberi penjelasan pada papan yang lebih kecil dan diletakkan pada setian arca maupun situs yang diceritakan sehingga penjelasannya lebih mudah diingat dan menarik untuk dibaca.
6. Jalan menuju candi yang masih berupa tanah seperti jalan menuju Candi Kethek sebaiknya diperbaiki agar tidak membahayakan pengunjung karena selain masih berupa jalan kecil dari tanah juga langsung berbatasan dengan jurang.
7. Diadakannya trayek khusus ke lokasi Candi dan situs sehingga wisatawan dari manapun bisa dengan mudah menjangkaunya tidak hanya tergantung pada kendaraan pribadi atau ojek.
8. Papan penunjuk arah menujju lokasi Candi maupun Situs lebih diperbanyak terutama menjelang persimpangan jalan.
9. Belum banyak informasi sejarah tentang candi dan situs di lereng Gunung lawu ini. Padahal jika kita ingin orang menyayangi suatu tempat, maka terlebih dahulu orang tersebut harus mengenal tempat tersebut dengan baik. Oleh karena itu saya berharap pihak terkait bisa memberikan indormasi yang lebih banyak lagi melalui berbagaimedia tetang candid an situs-situs di Lereng Gunung Lawu.
*Tulisan ini pernah aku posting di akun kompasiana punyaku pada tanggal 14 Desember 2013 dengan judul yang sama.
Minggu, 29 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar