Pages - Menu

Sabtu, 12 Mei 2018

Lupus - Penyakit Tidak Menular Yang Harus Diwaspadai Para Bunda



Pernah dengar tentang penyakit yang bernama "LUPUS"? Yuk kita cari tahu apa sebenarnya penyakit LUPUS itu dan seberapa bahayanya bagi wanita. 
Tanggal 10 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai hari LUPUS sedunia. Mungkin sebagian besar baru mendengar tentang penyakkit LUPUS. Tapi bisa jadi penyakit ini pernah diderita oleh orang-orang disekitar kita. Jadi apa sebenarnya penyakit LUPUS itu dan seberapa berbahaya bagi para wanita khususnya para bunda yang merupakan wanita dengan usia subur? 

Apa itu penyakit LUPUS? 

Lupus atau penyakit autoimun adalah kondisi saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang kehilangan kemampuan untuk membedakan substansi asing (non-self) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri (self). Kondisi ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.



Apakah LUPUS merupakan penyakit yang berbahaya? 

Angka kejadian penyakit tidak menular (PTM) setiap tahunnya terus meningkat, di antaranya adalah penyakit lupus.World Health Organization mencatat jumlah penderita lupus di dunia hingga saat ini mencapai lima juta orang, dan setiap tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu kasus baru. Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online 2016, terdapat 2.166 pasien rawat inap yang didiagnosis penyakit lupus. Tren ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan 2014, dengan ditemukannya 1.169 kasus baru. Tingginya angka kematian akibat lupus perlu mendapat perhatian khusus karena 25% atau sekitar 550 jiwa meninggal akibat lupus pada 2016.

Apa saja yang bisa menyebabkan penyakit LUPUS? 

  • Faktor genetik :  Interaksi banyak gen serta Riwayat keluarga berpengaruh pada kemungkinan seseorang menderita penyakit LUPUS. Diketahui bahwa sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) yang juga didiagnosis LES.
  • Faktor lingkungan : infeksi, stres, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultraviolet (matahari), penggunaan obat-obatan tertentu, merokok, paparan kristal silica.
  • Faktor hormonal : umumnya perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan hormon estrogen menjadi pencetus penyakit LES
  • Neuroendocrine system

    Di atas sudah disinggung soal pasien LES. Jadi apa itu LES? 

    Lupus terdiri dari beberapa macam jenis, salah satu jenis yang paling sering dirujuk masyarakat umum adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES). LES dikenal sebagai penyakit ‘Seribu Wajah’ merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang hingga kini belum jelas penyebabnya. LES juga memiliki sebaran gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit yang beragam, sehingga seringkali menimbulkan kekeliruan dalam upaya mengenalinya. LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah. 

    LES memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga sulit untuk dideteksi. Tingkat keparahannya pun beragam mulai dari ringan hingga yang mengancam jiwa. Gejala LES dapat timbul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan. Pasien LES dapat mengalami gejala yang bertahan lama atau bersifat sementara sebelum akhirnya kambuh lagi. Kesulitan dalam upaya mengenali LES sering kali mengakibatkan diagnosis dan penanganan yang terlambat.

    Hingga saat ini LES belum dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan adalah untuk mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ, serta meningkatkan kesintasan. Berkat teknologi pengobatan LES yang terus berkembang, sebagian penderita LES dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal. Dukungan keluarga, teman, serta staf media juga berperan penting dalam membantu para penderita LES dalam menghadapi penyakitnya.

    Bagian Mana Saja di dalam Tubuh Yang bisa diserang? 

    • kulit 
    • sendi 
    • sistem saraf 
    • ginjal 
    • paru
    • jantung 
    • sel darah 
    • dsb
    Berikut ini adalah organ dengan keterlibatan terbanyak dalam gejala LUPUS. 
    1. Muskuloskeletal: nyeri sendi, peradangan sendi
    2. Mukokutan: ruam pada pipi, sensitivitas terhadap sinar matahari, ulkus oral/sariawan
    3. Ginjal: bengkak seluruh tubuh, BAK keruh/berbusa/kemerahan, gangguan fungsi ginjal
    4. Hematologi: anemia, leukopenia,


    Apa saja gejala-gejala yang bisa diketahui sejak awal agar kita bisa tahu kalau itu adalah penyakit LUPUS? 

    1. Demam lebih dari 380C dengan sebab yang tidak jelas
    2. Rasa lelah dan lemah berlebihan
    3. Sensitif terhadap sinar matahari
    4. Rambut rontok
    5. Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang melintang dari hidung ke pipi
    6. Ruam kemerahan di kulit
    7. Sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut
    8. Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama
    9. Ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin
    10. Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas panjang
    11. Kejang atau kelainan saraf lainnya
    12. Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter) :
    • Anemia : penurunan kadar sel darah merah
    • Leukositopenia : penurunan sel darah putih
    • Trombositopenia : penurunan kadar pembekuan darah
    • Hematuria dan proteinuria : darah dan protein pada pemeriksaan urin
    • Positif ANA dan atau Anti ds-DNA.

      Siapa saja yang bisa menderita penyakit LUPUS? 

      Sebagian besar penderita lupus adalah perempuan dari kelompok usia produktif (15-50 tahun), meski begitu lupus juga dapat menyerang laki-laki, anak-anak, dan remaja. Data SIRS Online 2016 menunjukkan proporsi pasien rawat inap lupus berjenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan dari 48,2% pada 2014 menjadi 54,3% pada 2016. Sementara pasien lupus berjenis kelamin perempuan mengalami penurunan dari 51,8% menjadi 45,7%.

      Apakah biaya pengobatan penyakit LUPUS bisa di-cover oleh BPJS? 

      Bisa. 

      Namun biaya perawatannya mahal dan perlu dilakukan seumur hidup. Selain itu LES memerlukan penanganan yang tidak sederhana dan melibatkan banyak bidang keahlian. Jadi bisa dikatakan bahwa LES merupakan beban sosio-ekonomi bagi masyarakat dan negara karena  

      Oleh karena itu guna menekan tingginya prevalensi LES, Kementerian Kesehatan RI mencanangkan program deteksi dini LES yang disebut dengan Periksa Lupus Sendiri (SALURI). SALURI dapat dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU), Puskesmas atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya dengan cara mengenali gejala-gejalanya.  








        Tidak ada komentar:

        Posting Komentar