Cerita Dibalik Alun-alun Bandung
Dahulu yang namanya Alun-alun adalah ruang kosong yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar untuk berteduh. Alun-alun digunakan sebagai tempat berinteraksi antara penguasa dengan rakyatnya. Seperti halnya Alun-alun Bandung yang dulu berada di dekat pendopo Kadipaten. Kini pendopo Kadipaten Bandung yang berada di sebelah Selatan alun-alun Bandung ini digunakan sebagai rumah dinas Wali kota Bandung.
Di bagian Barat alun-alun Bandung terdapat Masjid Raya atau Masjid Agung Bandung. Ada jalan di sebelah Timur yang diberi nama Jalan Alun-Alun Timur. Di sebelah Utara berdiri kantor pos yang kini masih digunakan sebagai Kantor Pos Besar Bandung. Itu sebabnya jalan raya yang berada di sebelah alun-alun Bandung dinamakan Grote Postweg atau Jalan Raya Pos. Kini kita mengenal Jalan Raya Pos sebagai Jalan Asia Afrika.
Dulu ada sepasang pohon beringin besar yang tengah-tengah alun-alun Bandung. Pohon beringin memang merupakan ciri khas dari setiap alun-alun di Nusantara. Ini karena pohon beringin merupakan lambang perlindungan bagi masyarakat.
Di Bandung, sebuah pohon beringin yang ditanam pada tanggal 8 September 1898 dinamakan Wilhelmina boom. Pemberian nama ini untuk memperingati pelantikan Ratu Belanda yaitu Ratu Wilhelmina. Ratu Belanda yang bernama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Maria ini memgang tahta kerajaan Belanda selama kurang lebih 50 tahun tepatnya sejak tahun 1898 hingga 1948.
Sedangkan satu pohon beringin yang lainnya ditanam untuk memperingati kelahiran Ratu Juliana sehingga diberi nama Juliana boom. Pohon ini ditanam pada tahun 1909. Pada tahun 1948 Ratu Juliana Louise Emma Marie Wilhelmina memgang tahta kerajaan Belanda menggantikan ibunya hingga tahun 1980.
Pohon beringin ini tumbang menjelang pendudukan Jepang di Indonesia. Tumbangnya pohon beringin ini pun dikaitkan dengan jatuhnya Belanda di Indonesia. Di masa pendudukan Jepang, ada banyak pedagang Jepang yang membuka toko di sekitar alun-alun. Dagangan yang diperjual belikan di toko-toko tersebut pun harganya murah. Saat itu daerah sekitar alun-alun pun terlihat seperti kota Jepang.
Pada tanggal 4 Mei 1947, alun-alun Bandung digunakan sebagai tempat untuk memproklamirkan Negara Pasundan versi Partai Rakyat Pasoendan (PRP). Negara Pasundan merupakan negara bonek buatan Belanda yang bertujuan untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar