Sabtu, 03 Januari 2015

La Wanca Kompu - Cerita Rakyat NTB

Jangan mudah percaya pada sebuah berita sebelum menyelidiki kebenarannya. 

Ada seorang gadis cantik jelita yang tinggal disebuah gubuk reyot dipinggir pantai. Gadis itu bernama La Wonca Kompo. Suatu ketika ia bermimpi menjadi seorang permaisuri raja dan melahirkan tujuh orang anak, enam laki-laki dan seorang lagi perempuan. Terbawa oleh perasaan yang teramat bahagia, karena menjadi permaisuri raja walau hanya dalam mimpi, La Wonca Kompo menceritakan mimpinya tersebut pada setiap orang yang ditemuinya. 

Hingga akhirnya cerita tentang mimpi La Wonca Kompo itu didengar juga oleh raja. Dipanggillah La Wonca Kompo menghadap raja.” Apa kau yakin kalau mimpimu itu benar-benar akan terjadi.” Tanya raja ketika La Wonca Kompo sudah berada dihadapannya. 

"Hamba yakin sekali paduka.” Jawab La Wonca Kompo dengan tenang. 

“Baiklah kalau begitu aku akan memperistrimu dan menjadikan kau permaisuriku, tapi apa hukumannya jika ternyata kau tidak melahirkan tujuh orang anak untukku.” 

Begitu yakinnya La Wonca Kompo pada mimpinya ia pun menjawab,” Hamba bersedia dihukum rajam tuanku.” 

Akhirnya La Wonca Kompo menjadi permaisuri raja yang hidup bahagia serba berkelimpahan dan selalu dilayani oleh banyak dayang. Namun demikian sebenarnya para dayang itu iri pada keberuntungan La Wonca Kompo, seorang gadis desa yang miskin yang kini menjadi permaisuri raja. Iri hati mererka bertambah manakala tak berapa lama kemudian La Wonca Kompo hamil. Raja menjadi semakin saying padanya karena berharap akan mempunyai tujuh orang putra dan putri. 

Suatu hari manakala La Wonca Kompo hendak melahirkan para dayang sepakat membuat tipu muslihat. Saat itu kebetulan raja sedang tidak berada diistana. Sesaat sebelum melahirkan mata La Wonca Kompo diolesi dengan getah nangka dan kupingnya ditutup dengan kapas yang sangat tebal. 

Alhasil La Wonca Kompo tidak melihat ketika bayinya lahir begitu pula ia juga tidak mendengar tangisan bayinya. MAka ketika para dayang itu mengatakan bahwa dirinya melahirkan tujuh buah tongkol jagung pun La Wonca Kompo yang lugu dan polos mempercayainya. Hanya saja ia kemudian menjadi takut. 

“Pastilah raja akan marah dan menghukumku dengan hukuman rajam.” Pikirnya. 

Benarlah apa yang yang dipikirkan La Wonca Kompo itu, ketika raja pulang dari berburu ia percaaya saja pada apa yang dikatakan para dayang. Saat itu juga raja marah besar ,” Kau ternyata pembohong, jangan kau beri aku tujuh orang anak, seorang bayi pun tidak kau lahirkan. Kau telah menipuku dengan melahirkan bonggol jagung yang tak berguna. Sekarang kau harus menerima hkuman .”

Tanpa mencari tahu kebenaran cerita para dayang itu raja kemudian menghukum La Wonca Kompo dengan mengubur badannya hingga sepinggang di bawah panggung istananya. 

Sementara itu, ditengah kautan Nampak sebuah sampan kecil yang berisi tujuh bayi yang dilahirkan La Wonca Kompo dan dibuang oleh para dayang. Sampan itu semakin lama semakin kepinggir sebuah pulauyang dihuni oleh dua orang suami istri raksasa . Keduanya sangat senang menemukan bayi-bayi yang Nampak segar itu. 

Si Suami ingin segera memakannya karena memang sudah lama sekali keduanya tidak menyantap daging manusia. Namun keinginginan itu langsung dicegah oleh istrinya.’” Lebih baik kita pelihara dulu hingga besar barulah kita menyantapnya satu persatu.” 

Demikianlah akhirnya ketujuh bayi itu dipelihara oleh kedua raksasa tersebut hingga menjadi anak-anak. Pada suatu hari ketika kedua raksasa tersebut berencana akan memakan satu persatu dari ketujuh anak tersebut, namun saying perbincangan keduanya ternyata didengar oleh salah satu dari ketujuh anak itu. Secara diam-diam ia segera menemui saudara-saudaranya yang lain. Mereka pun pergi ke pantai dengan membawa ayam hutan kesayangan raksasa tersebut sebagai bekal dalam perjalanan. 

Dengan menaiki perahu milik raksasa itu mereka berlayar tanpa arah tujuan. Ternyata kepergian mereka cepat diketahui oleh kedua raksasa iitu. Karena tidak ada lagi perahu keduanya mengejar anak-anak itu dengan berenang. Tapi malang, ombak besar menghempaskan kedua raksasa itu pada batu karang dan keduanya mati. 

Perahu yang ditumopangi ketujuh anak tersebut merapat di pulau tempat la Wonca Kompo tinggal. Kebetulan disana sedang diadakan acara ad ayam. Sudah banyak ayam yang mati dikalahkan oleh ayam Raj. Hingga tidak ada lagi tandingan yang bisa diajuka. Melihat ayam yang dibawa oleh anak-anak tersebut sang raja pun menantangnya, dengan taruhan istana raja diberikan pada ketujuh anak itu jika mereka menang, tapi kalau mereka kalah nyawa merekalah yang jadi taruhannya. 

Akhirnya pertarungan dimulai. Dalam waktu singkat ayam sang raja bisa dikalahkan. Raja pun menepati janji dengan memberikan istana seisinya pada ketujuh anak tersebut. Ketika mereka berkeliling istana mereka iba pada seorang perempuan yang sedang menjalani hukuman rajam yang tak lain adalah La Wonca Kompo. Dibebaskannya perempuan itu. 

Begitu melihat ketujuh anak tersebutLa Wonca Kompo kembali teringat pada mimpinya dahulu, ketujuh anak tersebut adalah anak-anak yang ada dalam mimpinya. Apalagi ketika ternyata anak perempuan yang hanya satu diantara ketujuh anak itu mempunyai tanda merah di pinggangnya. 

Ibu dan anak itu akhirnya dipertemukan juga. Raja merasa malu karena selama ini dirinya terlalu percaya pada dayang-dayang tanpa menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu. Tapi La Wonca Kompo dan keyujuh anak-anak itu memaafkan raja. Keluarga itu berkempul kembali dan hidup bahagia sementara dayang-dayang yang telah berdusta menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.

0 komentar:

Posting Komentar