Kita bisa naik becak dari stasiun menuju Jalan Klentheng no 223 A Bandung. Bangunan dengan gerbang merah ini bisa dengan mudah kita jumpai. Sayangya kita hanya bisa mengabadikan bangunan klentheng ini dari luar.
Area dalam klenteng hanya diperbolehkan bagi yang akan melakukan ibadah. Tapi menurut security yang aku temui, jika ingin datang berkunjung dan tahu banyak tentang Klenteng ini maka kita bisa mengajukan surat permohonan terlebih dahulu pada pengurus Yayasan Satya Budhi.
Di sini ada 3 bangunan, salah satunya adalah Klenteng tertua di Bandung yang umurnya lebih dari 125 tahun. Ini diketahui dari prasasti yang menceritakan pembangunan serta renovasi klenteng ini. Di dalam prasasti tersebut tertulis waktu pembangunan Klenteng ini pada tahun 1896 atau pada abad ke-19.
Renovasi dilakukan pada tahun 1917. Menurut cerita, arsitek yang membangun Klenteng Satya Budi ini didatangkan khusus dari Cina. Sebelum dilakukan renovasi, Klenteng ini merupakan rumah ibadah bersama yang bernama Sheng Di Miao
Dulu setelah direnovasi Klenteng ini bernama Xie Tian Gong yang berarti Klenteng Masyarakat. Pada masa pemerintahan orde baru kemudian dirubah namanya menjadi Satya Budhi, karena pada masa itu nama yang berbahasa Cina sempat dilarang.
Setiap tahun baru Cina atau Imlek Klenteng ini dipadati oleh pengunjung dari luar Bandung seperti Jakarta, Cirebon bahkan Semarang untuk berdoa di sana. Di sekitar klenteng ini banyak sekali warung makan yang menjual makanan dengan bahan utama daging Babi.
Klenteng Satya Budi merupakan klenteng terbesar di Bandung. Di sekitarnya juga ada beberapa Klenteng kecil yang berjarak sekitar 100-200 meter, diantaranya adalah Vihara Buddhi.
0 komentar:
Posting Komentar