Minggu, 27 April 2014

Ada Menu Narkoba Di Angkringan


Bisa dibilang ini adalah kisah “mendadak investigasi” ketika aku jalan-jalan ke Solo beberapa waktu yang lalu. Sebuah kenyataan yang mencengangkan dan belum terungkapkan selama ini. Walaupun sudah seringkali aku datang ke kota ini dan mendengar cerita tentang isu narkoba di angkringan, namun baru kali ini aku menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.  
Kalau kita datang ke kota Solo ataupun Jogja maka hampir disetiap sudut jalanan di kedua kota itu bisa ditemukan gerobak angkringan. Duduk ngobrol sambil minum segelas air jahe adalah kebiasaan orang-orang di sana menikmati hari-hari mereka setelah lelah seharian bekerja. 

Ada keluarga yang menikmati makan malam murah meriah. Ada juga sekumpulan komunitas tertentu yang menjadikan angkringan sebagai tempat bersosialisasi. Mereka adalah kaum muda hingga para orang tua. Tidak jarang di angkringan ini terjadi diskusi yang membahas masalah ringan hingga masalah berat seperti situasi politik di negara kita. 

Biasanya setiap komunitas sudah memiliki angkringan langganan tempat mereka berkumpul. Banyaknya gerobak angkringan yang ada menyebabkan setiap komunitas bisa saja “nongkrong” di beberapa tempat angkringan. Mulai dari angkringan yang menyediakan banyak tempat duduk hingga angkringan yang hanya menyediakan sedikit tempat duduk. 

Para penggemar angkringan bisa duduk menggelar tikar dan lesehan. Ada juga bangku kayu panjang yang berada di sekeliling gerobak angkringan. Gerobak angkringan biasanya menempati emperan toko yang tutup pada sore hari. Karena lokasinya menumpang, maka untuk menerangai lokasi angkringannya, para pedagang angkringan ini hanya menggunakan lampu ala kadarnya. 

Sudah sejak jaman dahulu, angkringan memang identik dengan penerangan yang minim. Suasana temaram di tepi jalan inilah yang seringkali justru luput dari pantauan aparat penegak hukum. Siapa juga yang menyangka ada pesta narkoba di tepi jalan, karena selama ini konsumsi narkoba identik di tempat yang tidak terlihat bahkan tersembunyi. 

Lalu apa saja menu narkoba yang ada biasa dikonsumsi di angkringan? Dari apa yang saya lihat, segerombolan pemuda memesan minuman sesuai selera mereka masing-masing. Bisa saja mereka memesan wedang jahe atau teh hangat. Setelah minuman habis maka mereka akan mengganti isi gelas tersebut dengan minuman alcohol. 

Namun jika mereka memesan wedang tape yang merupakan campuran antara air hangat, tape ketan dan gula, maka minuman ini bisa langsung dicampur dengan narkoba. Biasanya tidak hanya satu jenis narkoba yang dicampurkan dnegan minuman alcohol. Ada shabu, ekstasi, dan beberapa obat-obatan keras yang tergolong ke dalam narkoba sintetis lainnya. Minuman jenis ini seringkali dikenal sebagai oplosan. 

Beberapa alcohol yang seringkali digunakan antara lain vodka, ciu dan sejenisnya. Padahal allkohol menyebabkan kecanduan, pengendalian diri menjadi turun, muka menjadi merah, gemetar, muntah, kejang dan sulit tidur. Bahkan jika overdosis akan menimbulkan rasa gelisah, perilaku yang kacau hingga seringnya bicara sendiri. 

Ini karena alcohol berpengaruh pada aktivitas susunan saraf pusat. Pemakaian terus menerus akan menyebakan kerusakan pada hati hingga kanker hati. Pencampuran alcohol dengan obat-obatan lain bisa menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan tubuh hingga kematian. 

Pesta narkoba ini tidak hanya berlangsung pada malam hari. Bahkan selepas isya, persiapan sudah dilakukan. Para pengguna narkoba yang berpesta di angkringan ini sudah terbiasa sehingga mereka bisa mengendalikan diri dan tidak menimbulkan kecurigaan pembeli lainnya. 

Minuman campuran bahan-bahan adiktif tersedia di hadapan mereka. Sementara itu pemiliknya bisa saja menikmati rokok atau sibuk dengan gadget di tangannya. Sesekali obrolan ringan dan tawa lepas terdengar. Namun tidak ada sedikitpun hal yang bisa memancing kecurigaan. 

Padahal seandainya para pemakai narkoba itu tahu apa saja bahaya dari zat adiktif yang mereka konsumsi. zat adiktif adalah zat-zat yang jika dipakai atau dikonsumsi bisa menyebabkan ketergantungan (adiksi) yang sulit dihentikan. Zat adiktif ini mempunyai efek bagi pemakainya yaitu ingin menggunakannya secara terus menerus. Jika penggunaannya dihentikan maka akan menyebabkan ketagihan agar tubuh bisa berfungsi secara normal. 

Zat adiktif ini bisa berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis juga semi sintetis. Pemakaian zat adiktif ini akan menyebabkan penurunan pada kesadaran, mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit. Zat adiktif digolongkan dalam 3 jenis yaitu : 
 1. Stimulan 
 Zat adiktif ini bisa merangsang sistem syaraf pusat sehingga proses metabolism dalam tubuh bisa dipercepat. 
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah : kafein, kokain. 

2. Depresan 
 Zat adiktif dari jenis ini bisa menyebabkan penggunanya tertidur karena kesadarannya pada dunia luar menurun. 
Contohnya antara lain : alkohol, obat penenang. 

3. Halusinogen 
 Efek dari zat adiktif jenis ini akan menyebabkan halusinasi karena berpengaruh langsung pada sistem syaraf. 
Beberapa zat adiktif jenis ini antara lain adalah : LSA , LSD. 

Lalu bagaimana dengan si penjual angkringan? Apakah ia termasuk si pengguna narkoba juga? Sampai sejauh ini saya sendiri belum menemukan keterlibatan si penjual angkringan sebagai pengguna narkoba atau bahkan pengedar narkoba. Bahkan yang sering terjadi si penjual angkringan justru sesekali mengingatkan konsumennya yang merupakan pengguna narkoba tersebut untuk menjaga ketertiban di angkringannya. Hal ini dilakukan karena pengunjung angkringan adalah masyarakat umum yang bisa datang dari mana saja. 

Sesaat setelah diingatkan, komunitas pengguna narkoba tersebut biasanya tidak datang ke angkringan tersebut beberapa saat lamanya. Mereka akan mencari angkringan baru yang nyaman. Namun tidak menutup kemungkinan mereka akan kembali ke angkringan lama dan berpesta kembali. 

Dari wawancara lanjutan yang iseng-iseng saya lakukan pada salah satu anggota komunitas di sebuah angkringan, mereka juga mengakui kalau sudah pernah tertangkap oleh aparat penegak hukum dan diproses di kantor polisi. Namun dengan uang tidak lebih dari Rp 500.000 toh nyatanya sudah bisa bebas beberapa jam kemudian setelah tertangkap.

0 komentar:

Posting Komentar