Rabu, 26 Maret 2014

Narkotika Semi Sintetis dan Dunia Kedokteran

Dalam jumlah sedikit narkotika semisintetis seringkali digunakan sebagai obat dalam dunia kedokteran. Namun tetap saja narkotika memiliki efek samping yang negative ketika digunakan secara berlebihan. 

Ada narkotika sintetis dan ada pula narkotika semi sintetis. Yang membedakan keduanya adalah bahan dasar pembuatnya. Narkotika sintetis terbuat dari bahan kimia. Sedangkan Narkotika semisintetis dibuat dari narkotika alami yang diolah dan diambil intisarinya yaitu zat adiktif dan dimodifikasi. Itu sebabnya narkotika semi sintetis ini khasiatnya justru lebih kuat dibanding narkotika alami. 

 Morfin 


Gambar : morfin 
Sumber : mujeb.cz
Dalam dunia kedokteran morfin digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Biasanya morfin digunakan dalam pembiusan sebelum pasien dioperasi. Ini karena morfin bekerja langsung pada sistem syaraf pusat yang berfungsi menghilangkan rasa sakit. 

Morfin dianggap sebagai candu analgesic obat yang ditemukan pada tahun 1804 oleh Friedrich Sertumer dan didistribusikan pertama pada tahun 1817 oleh orang yang sama. Untuk pertama kalinya penjualan morfin secara komersial dilakukan pada tahun 1827 oleh Merck yang saat itu masih merupakan sebuah toko kimia kecil. Penjualan morfin secara komersial ini juga dibarengi dengan ditemukannya jarum suntik untuk pertama kalinya pada tahun yang sama . 

Morfin ini sendiri merupakan intisari pemurnian pertama dari opium. Pada umumnya dalam setiap opium kering yang diolah akan menghasilkan morfin sebanyak 8-17%. Oleh karena itu maka morfin ini memiliki efek samping : 
• Menurunkan kesadaran 
• Memberikan euphoria atau rasa bahagia yang berlebihan 
• Menimbulkan rasa ngantuk • Membuat tubuh merasa lesu 
• Penglihatan menjadi kabur 
• Mengurangi rasa lapar 
• Merangsang timbulnya batuk 
• Menyebabkan konstipasi. 

Morfin ini menyebabkan insomnia atau susah tidur hingga mimpi buruk pada penggunanya. Morfin juga mengakibatkan ketergantungan. 

Kodein 


Gambar : Kodein 
Sumber : aktuelresim.com 

Kodein juga dikenal dnegan nama methylmorphine. Ini karena kodein merupakan asam opiat alkaloid yang ada dalam opium atau candu dengan konsentrasi 0,7- 2,5 %. Kodein dihasilkan melalui proses metilasi dari morfin. 

Dalam dunia kedokteran kodein merupakan jenis obat yang paling banyak digunakan terutama sebagai obat pereda maupun penghilang batuk. Selain itu kodein juga digunakan untuk meredam sakit ringan. Akan tetapi kodein memiliki efek samping diantaranya : 
• Analgesia 
• Sedasi 
• Kemurungan 
• Gangguan pada pernafasan 

Kodein bisa ditemukan dalam bentuk pil maupun cairan. Biasanya kodein bisa merupakan sebuah obat sendiri atau merupakan gabungan bersama kafein, aspirin, asetaminofen juga ibuprofen. 

Heroin 


Gambar : Heroin 
Sumber : planet-wissen.de 

Belum ada manfaat medis yang ditemukan dalam heroin yang dikenal juga sebagai diamorfin. Ini karena kandungan zat adiktif pada heroin sangat besar. Heroin diperdagangkan dalam bentuk menyerupai tepung dan berwarna putih agak kotor. Putaw merupakan nama laindari heroin yang lebih dikenal dalam perdagangan gelap barang haram ini. 

Heroin merupakan hasil sintesa dari morfin yang pertama kali dilakukan pada tahun 1874. Perusahaan yang pertama kali memproduksi heroin sebagai obat penawar sakit dan menjualnya secara komersial adalah Bayer yang berada di Jerman. Di Amerika Serikat untuk pertama kalinya pengaturan heroin dilakukan secara menyeluruh pada tahun 1914 oleh Harrison Narcotic Act. 

Ada beberapa macam warna bubuk heroin. Yang berwarna putih merupakan jenis heroin murni dan rasanya pahit. Ada juga heroin dengan warna lebih gelap bahkan hingga coklat tua. Ini karena adanya kotoran yang tertinggal dari proses pembuatannya. 

Heroin sendiri bisa menyebabkan kecanduan bagi penggunanya. Biasanya heroin digunakan dengan cara dihisap dengan menggunakan alat bantu. Penggunaan heroin dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. 

Beberapa pengaruh yang bisa ditimbulkan heroin bagi tubuh manusia diantaranya adalah : 
• Penggunaan dalam dosis tinggi mampu memberikan perasaan gembira yang berlebihan (euphoria) 
• Melegakan ketegangan pikiran 
• Menimbulka kegelisahan dan depresi 
• Bisa melepaskan kesedihan emosional sesaat 
• Pupil pada mata mengecil sehingga menyebabkan pandangan menjadi kabur. 
• Merasa mual dan muntah 
• Tidak mampu berkonsentrasi 
• Tidak peduli pada lingkungan sekitar. 
 • Menstruasi tidak teratur. 
• Kejang-kejang 
• Mudah panik 
• Kehilangan berat badan dalam jumlah yang banyak jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. 
• Pemakaian yang berlebihan bisa menyebabkan kematian melalui gangguan pernafasan. 

Kokain 


Gambar : Kokain 
Sumber : republika.co.id 

Kokain merupakan hasil olahan dari biji pohon koka (Erythroxylon coca). Senyawa pada kokain ini bisa memicu metabolism sel menjadi sangat cepat. Dalam dunia kedokteran kokain digunakan sebagai anestetik lokal yaitu dalam pembedahan mata, hidung serta tenggorokan. 

Dalam perdagangan illegal kokain dijual dalam bentuk serbuk yang berwarna putih. Biasanya kokain disebut dengan nama jalanan yaitu Cracks, PCP, Snow white, Gummies, Putauw dll. Kokain digunakan dengan cara dihisap ataupun disuntikkan ke dalam tubuh. 

Kokain memiliki efek kecanduan bagi penggunanya. Selain itu kokain juga bisa memberikan efek negativebagi tubuh seperti misalnya : 
• Merusak fungsi organ tubuh terutama pada hati, ginjal serta otak. 
• Menyebabkan perasaan bahagia yang berlebihan (Euforia) 
• Depresi 
• Menyebabkan kematian jika digunakan secara berlebihan (over dosis) 

Cannabinoid 


Gambar : synthetic cannbinoid 
Sumber : knowthescore.info 

Cannabinoid merupakan ganja sintetis yang diolah secara kimiawi dan mengandung tetrahydrocannabinol (THC). Ada 3 jenis cannabinoids yaitu : 

  1. Phytocannabinoids (terjadi dalam tanaman ganja) 
  2. Endogen cannabinoids (diproduksi dalam tubuh manusia dan hewan) 
  3. Sintetis cannabinoids (diproduksi di laboratorium) 


Dalam dunia kedokteran cannabinoid digunakan dalam terapi guna memperlambat proses neurodegenerasi pada penyakit Alzheimer. Selain itu juga untuk pengobatan stroke. Ini karena senyawa cannabinois bekerja cepas setelah menembus blood brain barrier yaitu filter darah yang masuk ke dalam otak. 

Sumber : 
Anonim, Masalah Narkotika, psikotropika dan obat-obatan berbahaya, Yayasan Mitra Bintibmas, 1999 
Budi Suryatin, Sains Materi dan sifatnya , Jakarta, Grasindo , 2004 
Yustinus Semiun OFM. Drs, Kesehatan Mental 2, Yogyakarta, Kanisius, 2006 
Subagyo Partodihardjo, Kenali Narkoba &Musuhi Penyalahgunaannya, Jakarta, Esensi, 2000 
jewettc.wikispaces.com 
Wikipedia.org 
indoganja.com 
alleganyhealthdept.com 
news-medical.net 
www.who.int

0 komentar:

Posting Komentar