Jumat, 01 November 2013

Wonderfull Indonesia - Danau Kelimutu , Tempat Bersemanyam Para Roh


Danau tiga warna di puncak Gunung Kelimutu pada ketinggian 1.690 m dpl ini merupakan salah satu tujuan wisata favorit di Flores selain Taman Nasional Pulau Komodo, Taman Laut Riung serta kampung tradisional Bena. Untuk mencapai tempat ini kita perlu berjalan sejauh 1,5 km dilanjutkan dengan menaiki 127 anak tangga . 


Warna air di danau ini seringkali berubah-ubah. Pada tahun 1914 warna air di ketiga danau ini adalah merah, biru dan putih. Sekarang, jika kita datang ke sana maka akan terlihat warna air di danau yang terbentuk dari kawah ini adalah hijau, biru dan hitam. 


Masyarakat setempat meyakini bahwa Gunung Kelimutu adalah gunung keramat yang menjadi sumber kesuburan bagi daerah di sekitarnya. Ketiga danau diyakini sebagai tempat bersemayam para roh dan memiliki kekuatan alam yang sangat besar. Air di danau Kelimutu memang tidak bisa diambil karena bau belerang yang sangat tajam. 

Danau Kelimutu berada dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu. Kawasan ini merupakan Taman Nasional terkecil di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Seacara administratif kawasan Taman Nasional ini berada di 3 kecamatan, yaitu Wolowaru, Detsuko dan Ndona Kabupaten Ende Nusat Tenggara Timur. 

Keindahan Danau Kelimutu pertama kali diperkenalkan oleh Van Such Telen, seorang warga negara Belanda pad tahun 1915. Perubahan warna serta keindahan danau ini juga dilukiskan oleh Y. Bouman pada tahun 1929. Oleh pemerintah Indonesia kawasan KElimutu dijadikan sebagai Kawasana Konservasi Alam NAsional pada tanggal 26 Februari 1992. 

Ada 5 jenis hutan yang dibedakan berdasarkan ketinggian tempatnya di Kawasan Konservasi Alam Nasional Kelimutu ini, yaitu : 
  • Hutan Dipterokarp Bukit berada di ketinggian 300 – 750 meter. 
  • Hutan Dipterokarp Bukit di ketinggian 300 – 750 meter 
  • Hutan Dipterokarp Atas di ketinggian 750 – 1.200 meter 
  • Hutan Montane di ketinggian 1,200 – 1.500 meter 
  • Hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 meter 


Tiga Danau , Tiga Jenis Roh 


GUnung Kelimutu merupakan gunung berapi di Pulau Flores tepatnya di Desa Pemo Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Ada tiga buah danau kawah yang berada di puncak gunung. Warna air di ketiga danau ini seringkali berubah-ubah.

Dalam jangka waktu 25 tahun ini sudah 10 kali warna air di danau Kelimutu berubah. Pada tahun 2009 ketiga danau ini pernah mempunyai warna air yang sama. Perubahan air pada ketiga danau ini selalu didahului dengan aktifitas vulkanis. Selain itu perubahan warna air di danau Kelimutu juga tidak dapat diprediksi. Jika dahulu air danau ini pernah berwarna biru, putih atau hitam, bisa jadi dilain waktu berubah menjadi coklat, hijau atau merah. Berbeda halnya dengan perubahan warna pada danau di belahan dunia lain yang bisa diprediksi warnanya. Seperti misalnya Danau BIru di Gunung Gambier Australia Selatan yang airnya berubah dari biru menjadi abu-abu. Atau di Danau Yudamari Gunung Nakade Jepang yang airnya berubah warna dari hijau toska menjadi hijau. 

Nama Kelimutu sendiri sebenarnya merupakan gabungan dari dua kata yaitu Keli yang berarti gunung dan Mutu yang berarti mendidih. Jadi Kelimutu berarti gunung yang mempunyai keuatan maha dahsyat. Luas ketiga danau di gunung Kelimutu ini sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air mencapai 1.292 juta meter kubik. Ketinggian danau antara 50-150 meter dengan batas antar danau berupa dinding batu yang sempit dan mudah longsor. 

Ketiga danau Kelimutu dipercaya oleh masyarakat Lio sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi arwah sesuai dnegan amal perbuatan ketika mereka masih hidup di dunia. PErubahan warna pada danau Kelimutu seringkali dikaitkan dengan keadaan sosial masyarakat setempat bahkan keadaan politik yang terjadi di negara ini. 

Danau yang berada paling barat dikenal dengan nama Tiwu Ata Mbupuyang yang artinya adalah danau bagi jiwa-jiwa tua yang telah meninggal. Di tengah ada danau yang disebut dengan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang merupakan danau bagi jiwa-jiwa yang meninggal ketika mereka masih muda. Di bagian paling timur dikenal sebagai danau Tiwu Ata Polo yaitu danau bagi jiwa-jiwa yang semasa hidupnya telah menjadi orang jahat. 

Masyarakat Lio masih percaya bahawa Gunung serta danau Kelimutu merupakan tempat sacral yang harus dijaga kesuciannnya. Ini terlihat pada saat kita memasuki kawasan Taman Nasional, maka kita akan melihat sebuah gerbang batu yang dalam bahasa setempat disebut sebagai PArekonde. Ini merupakan istana bagi pra Konde Ratu yang dipercaya masyarakat Lio sebagai penguasa Kelimutu. Konde Ratu ini juga yang akan menentukan danau mana yang pantas bagi setiap arwah orang yang sudah meninggal. Namun masyarakat yang tinggal di MOni percaya bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar danau ini sebelumnya telah berbuat jahat dan akhirnya meninggal. 

Perubahan warna air di Danau Kelimutu ini secara ilmiah terjadi karena kandungan mineral, lumut juga batu-batuan di dalamnya yang dipengaruhi oleh cahaya matahari. Danau Kelimutu sendiri terbentuk dari erupsi vulkanik pada zaman purba dulu. 

Menuju Kelimutu 

Ada beberapa alternative penerbangan yang bisa kita ambil dari Jakarta, Surabaya atau Bali menuju Kupang. Dari Kupang perjalanan bisa dilanjutkan dengan pesawat yang lebih kecil menuju Ende selama kurang lebih 40 menit. Jika memilih jalur laut, ada kapal yang langsung menuju Ende dari pelabuhan Semarang, Surabaya dan Bali. 

Ada 2 pilihan dari Ende yaitu menuju Desa Koanara , namun yang lebih terkenal adalah menuju Desa Moni. Danau Kelimutu berada di wilayah Desa Koanara kecamatan Wolowaru. Perjalanan dari Ende menuju Desa Koanara dengan minibus menempuh jarak 93 km atau sekitar 3 jam perjalanan. Dari sini kita bisa meneruskan ke Desa Koposili- Desa Manakuko hingga akhirnya sampai di puncak Kelimutu dengan berjalan kaki selama kurang lebih 2,5 jam 


Kita juga bisa naik bis kayu atau oto kol jurusan Ende-Maumere. Jika ingin merasa nyaman kita bisa memilih naik mobil sewaan yang berisi 7 kursi. Tentu saja ini lebih mahal, namun perjalanan akan terasa lebih nyaman. Sebelum sampai di Maumere, kita harus turun di Desa Moni, salah satu gerbang masuk ke kawasan Taman NAsional Kelimutu. Perjalanan ini akan melalui jalan yang menanjak dan berliku sejak melewati Wolowaru. Pemandangan kehidupan petani dan sawahnya bisa terlihat di sepanjang perjalanan ini. 

Kita juga bisa mengambil penerbangan dari Jakarta, Surabaya atau Denpasar menuju Maumere. Dari Maumere menuju Moni, akan melewati desa tradisional seperti Mbuli Loo, Wolojita dan Nggela. Di desa-desa ini kita bisa menyaksikan bangunan megalitik serta rumah adat dan penduduk yang sedang menenun dengan alat tenun tradisional. Jika menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan perjalanan menuju Desa Moni bisa ditempuh selama 2,5 jam. 

Moni merupakan sebuah Desa yang berjarak 66 km dari Ende dan 83 km dari Maumere. Karena merupakan pintu gerbang menuju Danau Kelimutu, maka desa ini lebih mirip sebagai kota kecil. Jarak dari MOni menuju Kelimutu sekitar 15 km. Dari sini kita bisa naik ojek atau angkutan umum menuju parkiran Danau Kelimutu yang berjarak sekitar 11 km selama kurang lebih 30. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menit menuju puncak Gunung Kelimutu. JIka ingin melanjutkan petualangan ke hutan Taman Nasional Kelimutu juga tersedia jalur jungle trekking. 


Di pelataran parkir kita bisa mencium aroma kopi yang dimasak dengan kayu bakar dari warung-warung yang ada di sana. Jika kita menjelajah Taman Nasional, sebaiknya membawa perbekalan untuk minum sepanjang perjalanan. Walaupun di puncak pendakian tepatnya di tempat melihat matahari terbenam juga terdapat penjual teh jahe. Jika membutuhkan jas apemandu, kita bisa mendapatkannya di desa Moni. Kain tenun ikat juga seringkali dijajakan oleh pedagang di area parkir dengan harga berkisar antara 50 – 300 ribu rupiah tergantung ukurannya. 

Menginap Di Kelimutu 


JIka kita ingin menikmati matahari terbit di Kelimutu, sebaiknya kita menginap di Desa Moni atau Koanara. Hanya saja tidak ada hotel berbintang di sini. Yang ada hanyalah penginapan kecil sekelas homestay seharga 25-50 ribu rupiah per malam. Ada juga cottage atau bungalow dengan harga sekitar 75-250 ribu rupiah per malam. Jika menginginkan penginapan yang bagus, maka kita harus menginap di Ende atau Maumere. 

Karena jumlah kamar yang ada jumlahnya terbatas, ada baiknya jika kita melakukan reservasi terlebih dahulu. Walaupun yang seringkali terjadi adalah siapa cepat datang maka dia yang dapat. Berikut ini beberapa penginapan di Moni maupun Koanara: 

Kelimutu Crater Lakes Ecolodge 
Berjarak sekitar 20 menit naik kendaraan ke Taman Nasional Kelimutu. 
Merupakan resort terbaik di Kelimutu. 
Desa Koanara, Kelimutu, Ende 
Telp: +62 361 7474 205 / 7474 204 HP: +62 813 39776 232 
Email: reservation@ecolodgesindonesia.com www.ecolodgesindonesia.com 

Hotel Flores Sare 
Keunikan tempat ini yaitu terdapat patung yesus di semua ruangannya. 
 Letaknya dekat dengan Kelimutu Crater Lake Ecolodge 
Telp: +62 381 21075. 

Watugana Bungalow 
Desa Moni Telp: +62 813 3916 7408 (John). 

Flora dan Fauna Di Kelimutu 


Setelah menikmati matahari terbit di puncak GUnung Kelimutu, kita bisa mengambil jalur Arboretum untuk menikmati flora dan fauna di dalam hutan seluas 4,5 ha. Ada 250 pohon yang terdiri dari 79 jenis pohondan dikelompokkan menjadi 36 suku. POhon-pohon ini diberi papan nama sehingga kita bisa mengetahui pohon apa saja yang ada di sana. Beberapa pohon yang ada di Kelimutu merupakan flora endemik Flores yang tidak akan kita temukan di tempat lain seperti uta onga (Begonia kelimutuensis) dan turuwara (Rhondodenron renschianum). Ada juga Argoni(Vaccinium varingiaefolium) yang berbunga kecil putih dan akan berubah menjadi hitam ketika matang,. Bunga ini diyakini masyarakat setempat sebagai makanan para dewa. Selain jalur trekking, di sini juga disediakan tempat untuk beristirahat, jadi kita bisa menikmati hutan di Kelimutu ini dengan nyaman. 

Jalur trekking juga menjadi rumah bagi hewan liar di hutan ini. Ada beberapa hewan endemic Flores di sini seperti burung garugiwa (Pachychepala nudigula nudigula).Ada 19 Jenis burung yang terancam punah yang tinggal di sini seperti punai flores (Treron floris), burung hantu wallacea (Otus silvicola), sikatan rimba-ayun (Rhinomyias oscillans), kancilan Flores (Pachycephala nudigula), sepah kerdil (Pericrocotus lansbergei), tesia Timor (Tesia everetti), opior jambul (Lophozosterops dohertyi), opior paruh tebal (Heleia crassirostris), cabai emas (Dicaeum annae), kehicap flores (Monarcha sacerdotum), burung madu matari (Nectarinia solaris), dan elang Flores (Spizaetus floris). 

Ada juga hewan langka seperti tikus gunung (Bunomys naso), banteng (Bos javanicus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak nainggolani), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura brachyura), dan kancil (Tragulus javanicus javanicus). tikus lawo (Rattushainaldi), tikus gunung (Bunomys naso), deke (Papagomys armandvillei), dan wawi ndua (Susheureni). 

Wisata di Sekitar Kelimutu 

Situs Rumah bekas pembuangan Bung Karno 
Selain menikmati danau dan hutan di Taman Nasional Kelimutu, kita bisa juga melihat keindahan pantai Blue Stone Beach. Atau berkunjung ke Situs rumah bekas pembuangan Bung Karno di Ende. Bagi yang suka belanja, maka berbelanja tenun ikat di Pasar Ikat akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. 

Ada dua buah air terjun yang bisa kita kunjungi di Desa Moni. Di desa ini juga bisa melihat bangunan bergaya arsitektur Tradisional, termasuk melihat kehdupan masyarakatnya yang masih tradisional. 

Kita juga bisa mengunjungi rumah adat di Kampung Wologai Tengah yang menjadi salah satu dari 24 komunitas adat masyarakat suku Lio. Di sini kita bisa berkemah karena disediakan area perkemahan yang dikelola dengan baik dan disediakan fasilitas yang memadai. Rumah adat lain bisa kita lihat di Nggela, Tenda serta Wolojita yang masuk ke dalam wilayah kabupaten Wolojita. Sedangkan di kabupaten Ndona kita bisa melihat rumah adat di Wolopoto, Ngalupolo, Onelako, Puutuga, Roga juga Sokoria. 

Waktu Terbaik Berkunjung Ke Kelimutu 
Tangga naik menuju puncak Kelimutu 
Jika ingin menikmati matahari terbit di Danau Kelimutu, kita bisa datang ke Kelimutusejak pukul 3.30 pagi. Menjelang Tengah hari hingga sore hari Danau Kelimutu kan diselimuti oleh kabut. JIka ingin berkunjung ke Kelimutu, waktu terbaik adalah pada bulan Juli dan Agustus. JIka kita ingin melihat ritual tradisional Lio, maka kita bisa datang pada bulan Oktober, Januari atau Februari. PAda bulan ini akan diadakan TuTau yaitu ritual panen. Ritual lain yang biasa dilakukan diantaranya : 

  • Gaga Jala, ritual pembersihan jalan di bulan Maret. 
  • Wari Pare, ritual jemur padi sekitar bulan April atau Mei. 
  • Nai Keu, ritual memetik kelapa dan pinang sekitar bulan Februari (untuk panen kelapa di bulan Maret, Juni, September, dan Desember). 
  • Wa'uTosa, ritual penggilingan padi tradisional sekitar bulan September atau Oktober. 
  • Nggera Kibi, ritual membersihkan lumbung padi sekitar bulan Oktober.

Foto-foto dan inspirasi tulisan dari halaman Wonderfull Indonesia ,  Taman Nasional Kelimutu 

Ingin inspirasi destinasi menakjubkan yang lainnya di Indonesia? Silahkan mampir di Website Indonesia Travel 

Tulisan ini diikutkan dalam Wonderfull Indonesia Blogging Contest
This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar