Ketika ada yang menyuruh Si Bapak untuk mengurangi rokoknya sehingga uangnya bisa untuk membiayai sekolah anaknya, maka dia justru berkata, "lebih baik anak saya tidak sekolah dari pada saya tidak merokok."
Ironis bukan?
Hingga pada suatu hari Si Bapak menderita sakit karena terlalu banyak merokok. Dua anaknya terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah untuk membantu orang tuanya mencari nafkah bagi kehidupan mereka. Si anak berpikir," Bagaimana Ayah mencintaiku, jika ia tidak mencintai dirinya sendiri?"
Kisah nyata itulah yang menjadi inspirasi Iklan Layanan Masyarakat tentang dampak rokok pada ekonomi keluarga dan anak.
Kisah nyata itulah yang menjadi inspirasi Iklan Layanan Masyarakat tentang dampak rokok pada ekonomi keluarga dan anak.
Memang sangat ironis sekali di mana rokok telah menjadi kebutuhan pokok (pangan) kedua setelah beras. Sementara itu daging, telur dan susu justru menduduki nomor kesekian. Ini membuktikan bahwa seandainya konsumsi rokok bisa ditekan maka kualitas nutrisi bangsa ini akan sangat baik.
Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia Report 2011, keluarga termiskin di INdonesia menghabiskan hampir 12 % dari pendapatan mereka untuk rokok. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 rokok merupakan pengeluaran rumah tangga terbesar kedu setelah beras baik di pedesaan maupun perkotaan.
Sumbangan rokok pada Garis Kemiskinan Makanan (GKM) mencapai angka 8,08% di perkotaan dan 7,68% di pedesaan. Jadi jelas bisa dikatakan bahawa orang yang dikategorikan miskin ternyata banyak yang mengkonsumsi rokok. Benar seperti apa yang dikatakan oleh Kepala BPS, Bapak Suryamin, " Ketika seorang yang dikatakan miskin mengonsumsi rokok, ada kemungkinan ia menjadi tidak miskin apabila mengalihkan pengeluarannya untuk rokok menjadi pengeluaran untuk komoditi makanan."
Iklan layanan masyarakat kali ini memnag berbeda dengan yang telah ada kemaren. Di mana iklan layanan masyarakat kali ini tidak mengangkat tentang korban mrokok tapi lebih kepada dampak secara ekonomi dari merokok.
Dampak rokok pada anak bukan saja soal bahaya asap rokok dan anak-anak yang merokok saja. Tapi lebih dari itu, ayah yang merokok dalam sebuah keluarga bisa membuat keluarganya menjadi sakit karena menjadi perokok pasif. Dan yang lebih penting lagi uang untuk membeli rokok juga biaya berobat keluarga yang sakit akibat rokok bisa sangat mempengaruhi ekonomi keluarga yang berdampak pada pendidikan dan kehidupan anak-anak yang terganggu.
Jadi himbauan untuk para orang tua yang masih merokok adalah :
"Sayangi Hidupmu, Sayangi Keluargamu, Berhentilah Merokok"
0 komentar:
Posting Komentar