Senin, 23 Mei 2016

7 Tradisi Makan Bersama Keluarga Nusantara


Tradisi makan bersama sudah ada di seluruh dunia sejak jaman dahulu kala . Begitu juga di Indonesia yang sangat banyak suku bangsanya ini. Tradisi makan bersama ini bertujuan untuk mempererat dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

Namun kehidupan di kota besar seperti Jakarta telah membuat tradisi makan bersama ini menjadi hal yang langka. Padahal di dalam acara makan bersama ada semangat kebersamaan yang bisa selalu dinyalakan. Mari kita lihat tradisi makan bersama yang hingga kini masih selalu dilakukan oleh keluarga-keluarga di seluruh nusantara.

1. Makan Bajamba Ala Keluarga Minang 

Di Kota Sawah Lunto Sumatra Barat ada tradisi makan bersama yang dikenal dengan "Makan Bajamba".  Tradisi makan bersama ala Minang ini dilakukan pada saat hari jadi kota Sawah Lunto. Bahkan tradisi makan Bajamba ini telah diajukan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi warisan dunia ke UNESCO. Di tahun 2006 tradisi makan Bajamba ini pernah dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan diikuti oleh 16.123 warganya dari berbagai nagari.


Budaya makan bersama Bajamba ini biasanya dilakukan pada acara-acara besar seperti pernikahan, perayaan panen raya dll sebagi simbol kebersamaan. Uniknya pada tradisi makan Bajamba ini didahului dengan balas pantun yang dikenal dengan nama "Pantun Pasambahan" sebagai penghormatan bagi siapapun yang hadir di sana. Kegiatan balas pantun ini dilakukan oleh pemangku adat dan ninik mamak masing-masing kaum.

Menu makanan yang biasa disajikan masakan yang biasa dihidangkan oleh keluarga-keluarga Minangkabau. Ciri khas dari makan Bajamba ini adalah makan bersama dalam satu lingkaran yang beranggotakan beberapa orang. Ini melambangkan persatuan dan kesatuan yang terjalin. Selain itu juga untuk meningkatkan semangat kebersamaan masyarakat.

2. Makan Patita Ala Keluraga Maluku

Keluarga dii Maluku seringkali menggelar tradisi makan Patita. Makan bersama ala keluarga Maluku ini selain dihadiri oleh anggota keluarga juga bisa dihadiri oleh siapa saja yang datang. Semua anggota keluarga bisa mencicipi semua makanan yang dihidangkan. Makanan yang dihidangkan adalah masakan tradisional Maluku. Seperti nasi kelapa dan nasi kuning . Acara makan bersama ini seringkali digelar pada saat hari-hari tertentu yang dianggap penting


Salah satu desa yang masih menjaga tradisi makan Patita ini adalah Desa Oma yang terletak di Pulau Haruku Kabupaten Maluku. Ada dua tradisi makan Patita Adat yang diselenggarakan di desa OMa ini. Pertama adalah Patita Marei yaitu para orang tua yang memberi makan anak-anak. Yang kedua adalah anak-anak yang memberi makan pada orang tua. Tradisi makan Patita ini digelar di atas meja makan yang panjangnya bisa mencapai 200 meter. Meja ini diberi alas kain berwarna putih yang melambangkan kesucian.

3. Megibung, Makan Bersama Ala Keluarga Bali

Pada makan bersama Megibung ini dihidangkan gundukan nasi beserta lauk pauknya di atas nampan. Lauk yang biasa disajikan pada Megibung ini diantaranya adalah pepesan, daging, urutan, sate kablet, sate pusut, sate nyuh, sate asem, lawar merah dan putih, sayur daun belimbing, pademara dan sayur urap. Nasi ini dikelilingi oleh sekelompok orang yang telah selesai melaksanakan upacara adat. Satu porsi nasi ini bisa dinikmati oleh 4-7 orang.

Budaya makan Megibung ini biasan dilakukan di Karangasem Bali. Tradisi makan bersama Megibung ini berawal ketika Raja Karangasem yaitu I Gusti Aglurah Ktut Karangasem berperang menaklukkan kerajaan di Sasak (Lombok) pada tahun 1614 Caka (1692 Masehi). Saat prajuritnya beristirahat makan, maka Sang Raja mengajak mereka makan bersama yang disebut dengan Megibung.


Saat makan megibung ini ada aturan yang tidak tertulis dan wajib dipatuhi seperti makanan yang dibuang dari mulut tidak boleh berceceran di atas nampan. Makanan sisa ini harus dibuang diatas daun pisang yang telah disediakan. Air putih tersedia dalam kendi dan diminum dengan cara meneguknya langsung tanpa harus menuangkan terlebih dahulu ke dalam gelas. Saat makan juga dilarang berbicara apalagi tertawa keras, berteriak ataupun bersendawa.

Setelah selesai makan tidak boleh meninggalkan tempat, karena makan bersama juga harus diakhiri bersama-sama. Jadi tradisi Megibung ini memang sarat dengan nilai-nilai kebersamaan. Tradisi makan Megibung ini juga pernah meraih rekor MURI pada 26 Desember 2006 di Taman Sukasada, Ujung Karangasem dengan diikuti oleh 20.520 orang.

4. Baseprah, Makan Bersama Ala Keluarga Kutai

Baseprah ini adalah tradisi makan yang dilakukan oleh suku adat Kutai yang meruapkan penduduk asli di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Baseprah adalah bahasa Kutai yang artinya makan bersama dengan duduk bersila di atas tikar. Dalam tradisi makan bersama ini tidak ada batasan sosial dalam masyarakat. Jadi antara rakyat dan pejabat bisa makan bersama-sama sesuai dengan makana yang mereka suka.


Makanan akan disajikan. Setiap orang akan memilih makanan yang disukainya dan duduk di depan makanan tersebut. Dulu tradisi makan Baseprah ini sringkali dilakukan oleh Sultan Kutai saat merayakan upacara Erau bersama rakyatnya. Jadi tradisi makan Baseprah ini melambangkan semangat kebersamaan.

5. Babancakan, Makan Bersama Ala Keluarga Banten

Babancakan ini biasa dilakukan oleh masyarakat Pandeglang propinsi Banten. Kadang juga dikenal sebagai Bacakan. Makanan dihidakna di atas daun pisang dan dimakan bersama sekitar 3 orang atau lebih. Semakin banyak orang yang makan maka suasana makan bersama ini akan semakin ramai. Makan bersama bacakan ini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Bisa di kebun, di tepi sungai ataupun di dalam rumah.


Sebagai teman nasi, menu yang biasa disajikan diantaranya ikan mas panggang yang diperoleh dari hasil emmancing di sungai. Ditambah juga dengan sambal Honje dan lalapan ataupun sayur asem. Dalam menyajikan bacakan ini dilakukan kerjasama dalam memasak maupun mendapatkan bahan yang akan di amsak. Masing-masing orang akan mendapatkan tugas.

6. Ngaliwet , Makan bersama Ala Keluarga Sunda

Ngaliwet artinya memasak nasi liwet. Bagi masyarakat Sunda, ngaliwet bukan sekedar acara makan nasi liwet bersama-sama.  Tapi dalam kegiatan ngaliwet ini juga ada acara masak bersama. Bahkan berbelanja dan mengumpulkan uang bersama untuk memebeli bahan-bahan masakan.


Ngaliwet sebenarnya adalah memasak nasi dalam panci bulat lonjong yang ada pegangannay yang dikenal dengan nama "kastrol". Sebelum di masak, beras ditambahkan dengan tumisan bumbu seperti bawang merah dan bawang putih agar nasinya terasa gurih. Selain tumisan, bahan yang ditambahkan ketika memasak nasi ini antara lain sereh, daun salam dan garam. Sehingga nasi hadil ngaliwet ini akan beraroma wangi dan menggugah selera makan.

Sebagai lauknya adalah ikan asin, sambal dan lalapan. Kadang juga ikan bakar atau pepes ikan mas. Nasi dan lauk ini disebar secara merata di atas selembar daun pisang dan dinikmati bersama-sama. Tradisi ngaliwet ini sudah dilakukan oleh masyarakat Sunda secara turun temurun.

7. Meja Makan Punya Cerita, Makan Bersama Ala Keluarga Tupperware


Kehidupan di kota besar seringkali membuat keluarga sudah jarang melakukan makan bersama.Setiap anggota keluarg sibuk dengan aktivitas masing-masing sehingga acara makan bersama menjadi suatu tradisi yang terlupakan. Jika sebagian besar keluarga di kota besar seperti Jakarta ini ditanya, "kapan terakhir kalinya makan bersama ayah, ibu atau nak?"
Maka sebagian besar akan menjawab, "sudah lama sekali."

Padahal yang namanya makan bersama itu selain menumbuhkan semangat kebersamaan dalam keluarga juga bisa menghemat uang belanja. Coba hitung berapa rupiah yang harus dikeluarkan oleh satu anggota keluarga saja jika makan diluar rumah. Bisa jadi harga satu porsi makanan di luar bisa untuk membeli bahan makanan yang akan dimasak di rumah.

Saat makan bersama, bukan saja setiap anggota keluarga bisa berbagi cerita di meja makan. Tapi setiap anggota keluarga juga bisa berperan dalam menyiapkan meja makan dan hidangannya. Si ibu dan adik misalnya bisa masak di dapur. Sementara kakak menyiapkan meja makan. Sedangkan ayah bisa saja menyiapkan hidangan penutup.


Tujuh  Alasan Menggunakan Petite Blosom untuk Makan Bersama

Salah satu yang menghidupkan suasana di meja makan adalah penyajian makanan. Petite Blossom adalah salah satu produk Tupperware yang terdiri dari piranti makan seperti :
  • Dessert Dish - yaitu piring kecil yang cantik untuk menyajikan hidangan penutup.
  • Dessert Bowl - ini adalah mangkuk kecil yang digunakan untuk menghidangkan hidangan penutup.
  • Petite Blossom Soup Server - ini adalah tempat soup ataupun sayuran berkuah untuk porsi satu keluarga. 
  • Petite Blossom Saucy Dish - tempat menaruh tumisan atau masakan dengan kuah sedikit. 
  • Petite Blossom Serving Platter - untuk menyajikan kudapan atau hidangan kering seperti mie goreng. Bisa juga sebagai tempat buah yang digunakan sebagai dessert. 
  • Serving spoon - ini adalah sendok pelengkap serving platter yang digunakan untuk mengambil hidangan tanpa kuah. 
  • Deep serving spoon - sendok yang digunakan untuk mengambil sayur berkuah. 

Jadi mengapa setiap keluarga perlu memilih Petite Blossom ini?
  1. Ukurannya kompak sehingga ideal digunakan sebagai wadah saji harian.
  2. Wadah saji terdiri dari beragam ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan.
  3. Ada penutup wadah saji sehingga makanan yang disajikan akan steril tidak terkena debu ataupun lalat ketika disajikan sesaat sebelum dimakan.
  4. Desain juga warnanya modern dan cerah
  5. Bisa digunakan untuk menyimpan makanan di dalam kulkas hingga dipanaskan dengan microwave sehingga tidak perlu mengganti-gandti wadah jika ingin memanaskan makanan yang berlebih.
  6. Saat tidak digunakan bisa disimpan dengan cara ditumpuk sehingga akan menghemat tempat penyimpanan.
  7. Berlaku garansi seumur hidup sesuai dengan ketentuan garansi Tupperware.
Bahagia itu sederhana. Bahagia berawal dari rumah. Kebahagian sebuah rumah berawal dari meja makan


0 komentar:

Posting Komentar