Dulu ada seorang pemuda yang hidupnya sangat miskin. Setiap hari ia bekerja di ladang dan menangkap ikan di sungai. Pada suatu hari pemuda itu menemukan seekor ikan dengan sisik emas yang indah.
Ketika sampai di rumah, ikan itu pun dibersihkan sisiknya. Sebelum pisau pemuda itu menyentuh tubuh ikan, secara ajaib ikan itu berubah menjadi seorang putri yang sangat cantik. Putri ikan itu memohon pada si pemuda, “jangan bunuh aku. Maka aku akan mengabulkan apapun permintaanmu.”
Hingga akhirnya si putri ikan itu pun dinikahi oleh si pemuda. Tidak lama kemudian keduanya dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir.
Pada suatu hari Samosir pulang dari bermain. Ia sangat lapar hingga akhirnya menghabiskan semua nasi dan lauk pauk yang disediakan ibunya di rumah. Tentu saja si ayah marah ketika pulang dari ladang dan merasa lapar.
“Dasar anak ikan. Tidak tahu aturan.” Si ayah tidak bisa menahan amarahnya hingga akhirnya ia pun mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati istrinya.
Si Ibu pun sangat sedih. Ia berkata pada Samosir, “sudah waktunya ibu kembali ke tempat asal ibu, nak. Pergilah sekarang kau ke bukit yang tertinggi. Sebentar lagi tempat ini akan tengelam.”
Samosir pun menuruti perintah ibunya. Tidak lama kemudian datang air bah entah dari mana asalnya. Tidak lama kemudian desa tempat tinggal mereka pun tenggelam. Begitu juga dengan ayah Samosir.
Air bah itu pun berubah menjadi danau dan dikenal sebagai Danau Toba. Sedangkan bukit tempat Samosir menyelamatkan diri menjadi sebuah pulau yang dikenal dengan pulau Samosir.
Hikmah cerita : Kata-kata yang diucapkan ketika marah bisa jadi akan menyakiti perasaan orang lain.
Sabtu, 27 Desember 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar