Gatotkaca adalah seorang ksatria yang dikenal kuat dan gagah perkasa dengan otot kawat dan tulang besi. Penampilannya terlihat lebih berkharisma dan berwibawa karena adanya badhong, yaitu semacam sayap yang terbuat dari kulit kerbau dan selalu menghiasi punggung Gatotkaca. Badhong ini juga dipercaya berperan dalam menambah kekuatan dan kesaktian gatotkaca.
Sebagai seorang raja di Pringgodani, Gatotkaca memimpin rakyatnya dengan arif dan bijaksana. Rakyat pringgodani merasa sangat aman dan nyaman karena mempunyai seorang raja yang kuat dan sakti.
Mereka tidak pernah khawatir pada musuh yang akan menyerang kerajaan Pringgodani, karena selain mereka yakin bahwa Gatotkaca bisa mengatasinya, juga karena rakyat Pringgodani sangat cinta pada raja dan Negara yang sudah memberikan kehidupan layak dan nyaman pada mereka. Demi cintanya pada Negara, rakyat Pringgodani rela berkorban apa saja demi kerajaan dan raja yang sangat mereka cintai.
Pada suatu saat datang ancaman dari tentara Brojodenta. Seluruh rakyat Pringgodani tahu, bahwa telah lama Brojodenta yang merupakan paman dari Gatotkaca, ingin menjadi raja di Pringgodani.
Brojodenta merasa sebagai anak laki-laki tertua, maka seharusnya ia lah yang pantas menjadi raja dan memegang kekuasaan Pringgodani. Ia sangat kecewa ketika ayahnya lebih memilih Arimbi, yaitu ibu dari Gatotkaca untuk mewarisi tahta Pringgodani. Kemudian tahta itu diberikan pada Gatotkaca.
Oleh karena itu Brojodenta selalu saja mencari cara untuk dapat merebut tahta Pringgodani dengan cara apapun juga. Ia tidak menyadari betapa banyak korban yang akan jatuh nanti dengan adanya peperangan yang ia kobarkan. Yang ada dalam pikiran Brojodenta hanyalah kekuasaan dan kepentingan dirinya sendiri.
Berbagai cara telah dilakukan oleh paman Gatotkaca yang lain, seperti Brojomusti yang rela mengorbankan nyawanya demi ketentraman rakyat di Pringgodani.
“Biarlah aku yang mencoba berbicara dengan pamanmu Brojodenta, Gatotkaca. Siapa tahu ia mau mendengar nasihatku dan mengurungkan niatnya untuk menyerbu Pringgodani. “
Namun kenyataan berkata lain, ternyata Brojodenta tidak mau mendengar nasehat Brojomusti, dan malah menyerang adiknya tersebut. Brojomusti yang kalah sakti dari kakaknya akhirnya kalah dan pulang kembali ke Pringgodani menemui Gatotkaca.
“Maafkan aku Gatotkaca, kesaktian Brojodenta bukanlah tandinganku sehingga aku tidak bisa mengalahkannya. Tapi aku tetap akan mengabdikan diriku pada kerajaan Pringgodani ini. Ijinkan aku untuk melebur ke dalam tubuhmu, agar bisa menambah kesaktian dan kekuatanmu untuk melawan Brojodenta.” Brojomusti kemudian melebur masuk kedalam tangan kiri Gatotkaca.
Ketika peperangan tidak bisa lagi dihindari, Gatotkaca maju memimpin pasukannya di barisan paling depan menghadapi serbuan pasukan Brojodenta. Dalam hati kecilnya, sebenarnya Gatotkaca tidak ingin melawan pamannya sendiri.
Namun ia harus menjadi seorang raja yang wajib melindungi rakyatnya kapan pun juga. Pada awalnya Gatotkaca hampir saja kalah, kemudian ia terbang dan menjatuhkan badhongnya ke tanah.
Ketika menyentuh tanah, badhong itu langsung berubah menjadi tiruan dirinya, sehingga Brojodenta sulit membedakan mana Gatotkaca yang asli. Akhirnya Brojodenta tidak mampu melawan dua Gatotkaca dengan kesaktian dan kekuatan yang sama sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Hingga akhirnya Brojodenta kalah dan menyerahkan diri, “Aku mengaku kalah dan menyesal telah berusaha menyerang kerajaan tempat kelahiranku yang seharusnya aku lindungi dan jaga.
Untuk menebus kesalahanku, maka ijinkan aku melebur dalam tubuhmu, agar aku bisa selalu membantumu dalam mempertahankan kerajaan Pringgodani dari ancaman musuh serta menjaga dan membela rakyat Pringgodani.”
Kerajaan Pringgodani akhirnya kembali damai. Sedangkan badhong Gatotkaca yang jatuh ke tanah tersebut, kini berubah menjadi batu yang berada di desa Pringgodani Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar