Sabtu, 29 Maret 2014

Kampung Bonang (3) – Kampung Hijau Anti Narkoba

Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Di dalam kampung Bonang yang hijau, terdapat jiwa sehat tanpa narkoba. 

Kalau dulu setiap sudut kampung Bonang ini terlihat kumuh dan kotor sehingga sangat nyaman digunakan untuk bertransaksi antara pengedar dan pengguna narkoba. Sudut-sudut kampung pun menjadi tempat strategis bagi pengguna narkoba untuk menikmati benda haram itu.

Kini kampung Bonang terlihat bersih dan indah. Tempat yang dulunya dijadikan tempat transaksi, kini di sulap menjadi taman yang indah. Berbagai kelompok pun terbentuk dan kegiatan penghijauan pun dilakukan untuk mendukung gerakan anti narkoba di kampung ini. 

Bonjou One Management 


Bonjou merupakan singkatan dari “Kebun Hijau”. Kegiatan yang dimulai sejak tahun 2004 ini melibatkan lebih dari 50 orang yang terdiri dari anak-anak, remaja hingga ibu-ibu. Kelompok yang menamakan diri “Bonjou One Management” ini berarti “membentuk kebun hijau dalam satu manajemen atau pengelolaan” 

Kegiatan kelompok ini diantaranya adalah menanam sayuran juga tanaman obat-obatan di lingkungan sekitar rumah masing-masing. Anak-anak, remaja hingga ibu-ibu menanam sayuran serta tanaman obat di dalam pot atau pada rak bambu yang bertingkat. Untuk menyuburkan tanah, kelompok ini memanfaatkan sampah rumah tangga yang diolah menjadi kompos. 

Sanggar Anyer 

Sanggar Anyer terletak di wilayah Rw 10 Kelurahan Menteng Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. GErakan penghijauan yang diberi nama Sanggar Anyer ini dilakukan oleh sekelompok pemuda di wilayah Rw 10 ini karena termotivasi oleh kelompok Pemuda di Kampung Bonang yang berada di seberang kampung mereka. 

Sanggar anyer merupakan sebuah bangunan semi permanen. Pembangunan sanggar anyer yang menempati sebidang lahan kosong ini juga difasilitasi oleh Yayasan Nurani Dunia. Di sanggar ini lah para remaja di sini melakukan berbagai aktifitas. Seperti misalnya kegiatan penghijauan. Kelompok remaja ini menanam tanaman hias dalam pot serta menanam berbagai jenis sayuran di tanah yang masih tersisa di sekeliling sanggar. 

Di dalam sanggar anyer ini juga terdapat perpustakaan dan computer. Tempat ini digunakan juga untuk bimbingan pelajar anak-anak yang ada di sekitar sanggar. Kelompok ini awalnya memiliki anggota sebanyak 15 orang dan anggota mereka terus bertambah dari waktu ke waktu. Kelompok Tambak Hijau 

Gerakan penghijauan yang dilakukan oleh sekelompok remaja di wilayah Rw 06 kelurahan Pegangsaan Kecamatan Menteng Jakarta Pusat ini menamakan tempat mereka berinteraksi "TARSAN" yang merupakan singkatan dari Taman interAksi Remaja Saling Asuh Nurani. Tempat ini di bangun sejak tahun 2008 di sebuah tempat bekas pembuangan sampah di perkampungan kumuh pasca terjadinya konflik antar warga dan juga operasi yang dilakukan oleh Badan Anti Narkotika di tempat ini. 

Berawal dari keinginan untuk merubah kondisi lingkungan bukan hanya secara fisik tetapi juga secara moril, maka dibentuklah kelompok Tambak Hijau ini. Terbukti setiap malam jum'at kelompok ini melakukan pengajian rutin yang diikuti oleh seluruh anggotanya. Kelompok ini kemudian aktif melakukan berbagai kegiatan penghijauan seperti menanam tanaman hias dalam pot juga membuat taman di sekitar bangunan yang mereka beri nama Tarsan ini. 

Dari kegiatan penghijaun mereka bahkan sudah mulai untuk mengikuti pameran tanaman di Lapangan Banteng yang diadakan setahun sekali. Di sini juga dikembangkan seni lukis pada gerabah dan kaleng yang nantinya digunakan sebagai pot tanaman. Dalam perkembangannya tempat ini mulai membuka berbagai kegiatan lain seperti terapi lintah, membuat taman Tempo, perpustakaan juga kesenian Rabana. 

Kelompok Go Green DPR 

DPR adalah singkatan dari Daerah Pinggiran Rel, karena memang di sinilah, di sepanjang pinggiran rel kereta api tidak jauh dari stasiun Manggarai wilayah ini berada. Dari sebuah tempat kumuh di lingkungan padat penduduk, masyarakat di sini aktif membuat penghijauan . Tanah kosong yang terlantar dibersihkan untuk kemudian dibuat taman. 

Di bawah bendera Go Green ibu-ibu di lingkungan Rw 06 kelurahan Pegangsaan Kecamatan Menteng Jakarta Pusat giat menanam tanaman obat keluarga dan juga sayur-sayuran baik itu di dalam pot maupun tanaman bertingkat dengan menggunakan bambu. 



Kegiatan ini sendiri sudah dimulai sejak tahun 2007 dengan anggota hingga kini sebanyak 30 orang yang terdiri dari ibu-ibu dan remaja. Setelah mendapat pelatihan tentang kompos Takakura, maka ibu-ibu di wilayah ini juga mengembangkan kegiatan tersebut di rumah masing-masing. 

Taman Memphis 

Kelompok ini memang belum begitu lama berdiri yaitu sekitar satu tahun, tepatnya pada tahun 2009. Awalnya ini merupakan bagian dari kegiatan kelompok Tambak Hijau yang kemudian mencoba untuk mandiri dengan kegiatan masih tetap di bidang lingkungan. 

Namun demikian hingga saat ini masih tetap dalam binaan kelompok Tambak Hijau. Para remaja yang tergabung di sini memulai kegiatan mereka dengan membangun saung di pinggiran rel dan juga rak-rak dari bambu yang akan mereka gunakan sebagai tempat meletakkan pot-pot tanaman baik itu tanaman hias, sayuran maupun tanaman obat-obatan. 

Kompos Takakura 

Teknologi ini pertama kali dikembangkan di Surabaya. Takakura adalah nama seorang peneliti Jepang yang meneliti dan mengembangkan bakteri sebagai bioaktifator yang menghasilkan kompos tanpa meninggalkan air dan bau. Teknik pembuatan kompos ini dipelajari oleh warga Rw 06 kelurahan Pegangsaan Kecamatan Menteng Jakarta Pusat dengan difasilitasi oleh Yayasan Nurani Dunia dan PT. Sara Lee. 



Alat yang digunakan juga sangat sederhana yaitu kerangjang plastik yang dlapisi dengan kardus tebal. Kemudian diisi dengan sekam dan ditambah kompos yang sudah jadi sebagai bioaktifator setinggi kurang lebih 1/3 keranjang. Setelah itu barulah diisi dengan sampah organik yang sudah di cacah. 

Setiap hari kompos ini bisa ditambah dan setelah penuh kemudian ditutup dengan sekam, dan ditutup rapat dengan tutup keranjang. Minimal semingggu sekali isi keranjang ini harus di aduk-aduk dan setelah tiga bulan kemudian barulah akan bisa dipanen kompos yang telah matang dan siap untuk digunakan sebagai media tanam. Kegiatan ini berkembang di wilayah Rt 02 Rw 06 dan dilakukan pula oleh beberapa komunitas lingkungan yang ada di daerah ini seperti Komunitas Pinggiran Rel (DPR) dan juga sanggar Anyer. 

Untuk lebih memperdalam teknik pengolahan kompos Takakura ini, maka dilakukan studi banding sekaligus praktek lapangan di tempat pembuatan kompos di Taman Karinda Lebak Bulus Jakarta Selatan. Hasil dari kompos yang dikembangkan oleh warga kampung Bonang ini masih dipakai untuk kalangan sendiri. Namun demikian mereka juga berharap kegiatan ini juga bisa dikembangkan sebagai usaha komersial.

0 komentar:

Posting Komentar