Kamis, 13 Februari 2014

Legenda Gunung Kelud - Cerita Rakyat Jawa Timur

Legenda ini berkaitan dengan Gunung Kelud yang aktifitasnya meningkat dengan cepat. Gunung Kelud merupakan sebuah gunung berapi yang masih aktif di kabupaten Kediri propinsi Jawa Timur. Setiap setahun sekali tepatnya bulan suro dalam penanggalan Jawa di sini dibuat upacara arung sesaji untuk menangkal bala bencana termasuk meletusnya Gunung Kelud. 

Aktivitas Gunung Kelud sempat meningkat pada tahun 2007 tepatnya pada bulan September hingga November. Namun aktivitas Kelud yang tinggi pada saat itu tidak terjadi letusan. Hanya saja menyebabkan gejala vulkanik dengan munculnya asap putih yang tebal dari tengah danau kawah. Kejadian ini diikuti dengan tumbuhnya kubah lava dari tengah-tengah danau kawah hingga berukuran 100 m. Sejak saat itu danau kawah gunung Kelud hanya menyisakan kolam kecil dengan air kecoklatan di sisi selatan kubah lava. 

Gunung Kelud merupakan gunung berapi yang termasuk dalam tipe stratovulkan. Karakteristik letusannya eksplosif. Sejak tahun 1300 gunung Kelud tercatat sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia karena mempunyai rentang waktu meletus yang pendek yaitu 9-25 tahun.  

Kisah seringnya Gunung Kelud meletus ini menurut masyarakat setempat ada hubungannya dengan kutukan akibat perbuatan jahat Raja Kediri. Berikut ini adalah cerita rakyat yang telah diceritakan secara turun temurun. 

Pada jaman dahulu Kediri merupakan kerajaan yang besar. Raja Brawijaya adalah seorang raja sakti yang berkuasa saat itu. Ia memiliki seorang puteri yang cantik jelita bernama Dyah Ayu Pusparani. Sebagai raja yang sakti tentu saja ia ingin memilih calon suami dari putrinya juga seorang yang sakti. 

Maka pada suatu hari Raja Brawijaya membuat sebuah sayembara. Barang siapa yang berhasil menarik busur dan gong sakti maka dialah yang pantas menjadi suami puteri Dyah Ayu Pusparini. Pada hari yang telah ditentukan banyak pangeran dari berbagai kerajaan tetangga mengikuti sayembara ini. Namun hingga semua peserta habis belum ada satupun yang berhasil. Hingga akhirnya peserta terakhir adalah seorang pangeran yang berkepala sapi. 


Pangeran ini bernama Lembu Suro. Ternyata dengan mudahnya Lembu Suro bisa merentangkan busur serta mengangkat gong yang besar. Dengan demikian Lembu Suro ditetapkan sebagai pemenangnya. Sayangnya Puteri Dyah Ayu Pusparini tidak mau menerima Lembu Suro menjadi suaminya. Ia pun mencari cara untuk menggagalkan pernikahannya dengan Lembu Suro. 

Maka Puteri Dyah Ayu Pusparini memberikan satu syarat lagi. “Aku ingin kau membuatkan sebuah sumur yang dalam di puncak gunung Kelud dalam waktu semalam.” 

Lembu Suro menyanggupi persyaratan itu. Puteri Dyah Ayu Pusparini bersama dengan Prabu Brawijaya dan dikawal oleh prajurit Kediri menyertai Lembu Suro ke puncak gunung Kelud. Ternyata membuat sumur bukanlah pekerjaan yang sulit bagi Lembu Suro. Ia bekerja dengan sangat cepat. Ketika tengah malam, Lembu Suro sudah berhasil menggali tanah sangat dalam. Hal ini tentu saja membuat Puteri Dyah Ayu Pusparini cemas. 

Sang Puteri memerintahkan para prajurit menimbun tubuh Lembu Suro yang ada di dalam sumur dengan tanah yang sudah digalinya. Lembu Suro yang merasa telah ditipu meneriakkan kutukan dari dalam tanah sebelum akhirnya ia mati. Lembu Suro mengutuk daerah sekitar gunung Kelud mendapat bencana. Kediri akan menjadi sungai, Daerah Blitar akan menjadi hamparan tanah datar dan daerah Tulungagung akan menjadi danau. Untuk menangkal kutukan Lembu Suro itulah hingga kini masyarakat sekitar gunung Kelud menyelenggarakan upacara sesaji setiap setahun sekali. 

Hikmah Cerita : Janji yang diingkari bisa menyebabkan bencana bagi diri kita sendiri juga orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar