Senin, 27 Januari 2014

Boneka Zebra


ALAT DAN BAHAN 

Kaus kaki panjang= 1 pasang 
Dacron = 100 gram 
Benang jahit Kancing baju = 1 pasang (untuk mata) 
Jarum jahit 
Gunting 

CARA MEMBUAT 

1. Siapkan dua buah kaus kaki. 
 a) Potong masing-masing bagian atas yang berkaret (gunakan untuk telinga). 
 b) Potong menjadi dua, pada satu kaus kaki bagian bawah (gunakan untuk kaki dan badan). 
 c) Potong ¾ bagian kaus kaki yang satunya lagi (gunakan untuk kepala). 
 d) Potong menjadi dua memanjang, 1/3 bagian sisa kaus kaki yang tersisa (gunakan untuk tangan) 

2. Balik kaus kaki, jahit dengan tusuk tikam jejak : 
 a) Pada keliling bagian kaki. 
 b) Pada bagian tangan 

3. Balik kaus kaki yang telah dijahit, (bagian badan+kaki, serta bagian tangan ) isi dengan Dacron. Jelujur bagian atasnya, tarik benang dan matikan jahitannya. 

4. Ambil kaus kaki untuk bagian kepala, masukkan dacron, caranya dengan mengisi dacron hingga setengah bagian, tekan bagian yang sudah diisi dengan tangan kiri, masukkan dacron dengan tangan kanan, sambil diisikan ke arah samping, sehingga bagian setengahnya lagi akan lebih besar. Jelujur bagian ujungnya dan tarik, kemudian matikan jahitannya. 

5. Sambungkan bagian kepala dan bagian badan dengan cara di jahit jelujur atas-bawah. 

6. Ambil kedua bagian tangan, gabungkan pada bagian samping badan dengan cara menjahit jelujur atas-bawah 

7. Ambil bagian telinga, jahit jelujur, kemudian dikerut. Pasangkan pada bagian kepala, di sisi kiri dan kanan dengan cara dijahit.

8. Pasangkan mata pada bagian kepala dengan cara dijahit.


This entry was posted in

Rabu, 15 Januari 2014

Menuju Pulau Seribu


Mungkin bagi orang lain perjalanan satu jam menuju pulau Pramuka Kepulauan Seribu adalah perjalanan yang singkat. Namun tidak bagiku, perjalanan itu merupakan perjalanan paling panjang yang pernah aku tempuh. Bahkan menunggu saat itu tiba bagiku seperti menunggu saat eksekusi mati. Air laut yang beriak kecil pagi itu awalnya terlihat seperti belantara air yang menyeramkan. Namun perlahan-lahan perjalanan yang awalnya terasa horor itu bisa berubah menjadi perjalanan paling inspiratif dalam hidupku.

Sejak kecil aku tinggal di Solo, Jawa Tengah bersama eyangku. Kota kecil ini lebih dekat ke gunung dari pada ke laut. Itu sebabnya aku tidak mengenal laut dengan baik hingga dewasa, apalagi naik kapal laut. Pertama kali melihat laut adalah ketika aku sekolah dan berwisata di Parangtritis Yogjakarta. Ombak laut Selatan yang besar membuatku merasa berada dalam sebuah scene film horor. 

Sejak saat itu, siapapun yang mengajakku pergi ke tempat yang berhubungan dengan laut selalu aku tolak. Bahkan saat pergi ke Bali, ketika teman-temanku bergembira menikmati wisata air, aku justru menunggu mereka dikejauhan tanpa mau mendekat laut. 

Hingga beberapa bulan yang lalu Balai Konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu memintaku mengajar ke Pulau Pramuka. Bagiku ini adalah sebuah dilemma. Mengajar ketrampilan adalah hobi sekaligus profesiku. Profesi ini yang telah membawaku berkeliling hampir diseluruh wilayah Indonesia. Ketika tawaran itu datang aku merasa ironis bahwa Kepulauan Seribu yang letaknya sangat dekat dengan Jakarta yang menjadi tempat tinggalku sekarang, justru belum pernah aku kunjungi. 


Apalagi jenis ketrampilan yang mereka minta untuk aku ajarkan sangat sulit mencari instrukturnya. Sementara instansi yang memintaku berharap kerajinan kulit telur ini bisa menjadi salah satu souvenir khas Pulau Pramuka sekaligus memberdayakan masyarakat setempat. Penyelenggara kegiatan ini sudah mencari pengajar untuk kerajinan kulit telur selama beberapa bulan hingga akhirnya mereka lega menemukanku. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya. 

Dengan kekuatan dari semangat berbagi ilmu dan membantu pemberdayaan masyarakat Pulau Pramuka, maka akupun menerima tawaran ini. Sayangnya perjalanan menuju Pulau Seribu itu mau tidak mau harus naik kapal dan melewati laut. Walaupun kata mereka hanya sebentar yaitu sekitar satu jam. Bagiku perjalanan satu jam di laut itu sangat panjang. 

Teringat film The A Team pada era tahun 90 an dulu, ada satu jagoannya yang berbadan besar namun takut naik pesawat terbang, sehingga jika The A Team harus naik pesawat maka tokoh ini harus dibuat pingsan terlebih dahulu. Aku juga sama seperti itu. Mungkin aku perlu disuntik pingsan dulu baru aku dinaikkan ke kapal laut. Tapi siapa juga yang mau melakukan itu untukku. 

Hari-hari menunggu keberangkatan ke Pulau Pramuka terasa sangat panjang. Aku jadi bisa merasakan bagaimana rasanya seseorang yang akan dieksekusi mati. Padahal beberapa hari sebelumnya aku juga pergi ke luar Jakarta naik pesawat terbang. Ketika pesawat take off maupun akan landing aku selalu menyempatkan melihat ke bawah. Aku hanya ingin menghibur diriku bahwa teluk Jakarta adalah laut yang tenang dan aman bagiku. Tapi ketika aku melihat kapal-kapal besar itu hanya nampak seperti cendol dan speed boat seperti biji selasih dalam mangkuk es campur, maka nyaliku menjadi kecil lagi. 

Maka ketika hari itu tiba, malam harinya aku hampir-hampir tidak bisa tidur. Pagi-pagi aku sudah menuju dermaga di Marina Ancol ditemani oleh ibuku. Berbeda dengan hari-hari penantianku, saat menunggu speed boat adalah saat yang paling kilat dalam hidupku. Tidak ada lagi perpanjangan waktu dan tidak ada lagi pintu keluar saat itu. Mau tidak mau aku harus masuk ke dalam speed boat. 

Goyangan kecil speed boat di dermaga tidak sebanding dengan degupan jantungku. Sejenak aku bisa menguasai diriku sendiri ketika ibuku yang duduk di sampingku mengajakku mengobrol sambil melihat rumah-rumah mewah yang ada di tepi dermaga. Bahkan ketika perlahan-lahan speed boat itu berjalan aku sudah sangat bisa meyakinkan diriku bahwa perjalanan ini akan sangat menyenangkan. 

Air laut yang sangat tenang pagi itu seakan merayuku serta meyakinkanku bahwa perjalanan selama satu jam ke depan adalah sebuah perjalanan yang menyenangkan. Benar memang. AKu mulai menikmati pemandangan laut yang tenang serta gugusan pulau kecil yang ada di kiri kanan. Ketika aku mulai terbiasa, tiba-tiba speed boat itu berhenti dan bergoyang cukup kuat. Rasanya saat itu Malaikat maut sudah ada dihadapanku untuk mencabut nyawaku. 

Penumpang lain yang ada di speed boat itu nampak tenang. Mereka adalah orang-orang pulau yang telah terbiasa dengan perjalanan laut. Dari mereka juga aku tahu bahwa goncangan itu berasal dari anak buah kapal yang berusaha melepaskan sampah plastik yang menyangkut pada baling-baling speed boat. Ini adalah hal yang biasa terjadi ketika kapal sudah mendekati pantai. Untunglah ini tidak memerlukan waktu lama. Sesaat kemudian speed boat itu kembali berjalan menuju Pulau Pramuka. 

Ketika sampai di dermaga Pulau Pramuka aku sudah bisa bernafas lega. Rasanya aku tidak percaya bahwa aku sudah bisa mengalahkan ketakutanku pada laut. Apalagi ketika aku bertemu dengan penduduk setempat yang sangat ramah. Ditambah lagi dengan sunset yang bisa aku lihat sangat indah dari dermaga Pulau Pramuka sore hari. Kita memang tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi sebelum kita mencobanya dan kemenangan yang sesungguhnya adalah kemenangan mengalahkan rasa takut pada diri sendiri. 

Tulisan ini pernah aku posting di kompasiana pada tanggal 3 September 2013

Menuju Negeri di Awan Bersama Avanza


Pagi itu langit sangat cerah. Perjalanan menuju negeri di awan pun akan kami mulai. Rasanya kami berempat seperti menaiki sebuah kereta kencana. Avanza dengan design exterior yang gagah tentu saja sangat cocok mengantar kami menuju Candi Cetho, sebuah candi yang berada di atas lereng gunung Lawu Jawa Tengah. Melihat candi yang tertutup kabut membuat kami seolah berada di negeri atas awan. 


Sebelum berangkat kami menyempatkan diri mampir ke SPBU terdekat karena tanki bensin hampir saja kosong. Dengan mengisi premium Rp 150.000 bahkan tanki masih terisi bensin ketika kami pulang ke Solo. Sebenarnya iritnya bensin juga disebabkan oleh adanya Electric Power Steering yang memberikan kenyamanan berkendara serta berpengaruh pada efisiensi bahan bakar. 

Dari kota Solo kami bergerak menuju gunung Lawu. Tidak lupa kami membawa minuman serta camilan untuk teman dalam perjalanan. Adanya botle storage di pintu membuat kami bisa menyimpan botol minuman dan makanan kecil dengan rapi. 

Kami berempat semuanya adalah orang dewasa. Dua diantaranya, termasuk aku memiliki badan yang besar. Tentu saja interior Avanza yang lapang sangat mendukung kenyamanan perjalanan kami. Avanza memang cocok sebagai mobil keluarga, dengan muatan banyak masih tetap bisa nyaman ketika melaju. 

Perjalanan menuju lereng gunung Lawu menempuh jalan yang mendaki, walaupun begitu kami masih bisa nyaman melaju dengan kecepatan rata-rata 40 km/ jam. Begitu juga ketika perjalanan pulang, walaupun jalannya menurun, tapi muatan kami sudah bertambah. Saat pulang kami bisa melaju dengan baik pada kecepatan antara 60-80 km/jam. 

Memasuki lereng gunung Lawu, kami melewati perkebunan teh juga perbukitan yang indah. Jalan yang kami lalui mulai berliku. Tanjakan terjal hingga 60 derajat juga kami lalui. Selain itu turunan serta tikungan yang tajam juga mewarnai perjalanan kami. Namun kami tetap bisa melaluinya dengan nyaman. Ini tentu saja karena performa mesin VVTi 1500 cc yang dimiliki Avanza. 

Setelah puas mengunjungi Candi Cetho kami pun melanjukan perjalanan ke Tawangmangu. Di sini jalannya juga tidak kalah mendaki dan berliku. Ada desa agrowisata yang menjual tanaman bunga. Tentu saja sebagai perempuan saya sangat senang. Alhasil belilah beberapa buah pot bunga. Untunglah kabin belakang Avanza bisa dilipat sehingga bagasi yang luas bisa disulap menjadi lebih luas lagi untuk tempat pot kembang agar tidak rusak sampai ke rumah. 

Perjalanan pulang tidak kalah menyenangkan. Walaupun kami lelah dan muatan bertambah dengan pot kembang namun tetap terasa nyaman. Dari pegunungan dengan udara yang sejuk ,perjalanan kami menuju kota Solo disambut dengan hawa yang lumayan panas mulai dari Karanganyar. Untunglah Avanza dilengkapi dengan Double Blower AC . Sistem pendingin udara ganda ini mampu memberi sistem kesejukan hingga bangku belakang. Avanza memang terbukti handal sebagai mobil keluarga. 

MAsuk dalam 50 pemenang favorit : Hadiah Flash disk 16 GB

Senin, 13 Januari 2014

Indigo@Bekasi Apartmen, Hunian Impian DI Negeri Atas Awan


Bagiku tinggal di Apartemen adalah impian masa kecilku. Rasanya seperti punya rumah di atas awan. Ketika terbangun di pagi hari dan membuka tirai jendela kamar maka sinar matahari pagi seakan berada di hadapan. Sementara di bawah terlihat pemandangan di atas tanah yang menakjubkan, rumah-rumah yang nampak kecil nun jauh di sana. Menikmati pagi di Apartemen bagaikan berada di teras langit di sebuah negeri di awan.
This entry was posted in

Minggu, 12 Januari 2014

Keajaiban Telur

Setelah lama gak posting di sini, akhirnya ini adalah posting pertamaku di sini mengawali tahun 2014. Sebuah postingan naskah yang terlupakan sebenernya karena aku hampir lupa kalau pernah mengirim naskah ini ke kompas anak. 

Dan ketika tadi pagi membuka halaman kompas anak sempat kaget karena merasa pernah baca tulisan ini tapi di mana ya?
Dan ternyata ... Oh My God ... penulisnya adalah Astri Damayanti alias aku sendiri.

Makan Di Saung Talaga Sampireun Ancol


Talaga Sampireun Ancol terletak tepat di depan Dufan di dalam kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Lebih dekat masuk dari pintu utama Taman Impian Jaya Ancol. Sekilas dari depan restoran ini terlihat biasa saja, seperti layaknya restoran sunda lainnya. Namun begitu kita masuk ke dalam maka akan terlihat telaga dengan saung-saung di atasnya. Talaga Sampireun memang restoran dengan konsep saung dan telaga.


Ada 2 restoran Talaga Sampireun di Jakarta. Satu restoran dengan konsep tradisional ada di Bintara. Talaga Sampireun Ancol adalah restoran kedua dengan konsep lebih modern. Di sini juga tersedia function hall yang bisa memuat 400-800 orang. Serta VIP room yang biasa digunakan untuk meeting atau acara keluarga dengan kapasitas 20-30 orang. Keduanya berada di lantai dua dari resto ini.


Di lantai 1 terdapat dining hall dengan kapasitas 250 seat. Ada juga floating deck yang bisa menampung 70 orang. Di sekitar talaga ada juga alfresco dengan sebanyak 40 seat. Ada 23 saung dengan ukuran besar dan kecil baik dengan AC atau tidak.


Talaga Sampireun mulai buka sejak pukul 11 pada hari biasa dan pukul 10 pada akhir pekan. Kita masih bisa datang ke sini hingga restoran ini tutup pada pukul 11 malam. Sayangnya pada akhir pekan kita tidak bisa memesan tempat. Reservasi hanya dilayani untuk hari biasa. Untuk daftar menu dan harganya bisa di chek di sini

Makanan yang disajikan di Talaga Sampireun berasal dari bahan makanan segar. Untuk ikan dari perairan darat seperti patin, gurame, lele dll, akan dibiarkan berada dalam kolam terlebih dahulu dan baru akan diambil dalm keadaan hidup sesuai dengan permintaan dari dapur. Sementara untuk ikan laut seperti baronang, dori dll digunakan ikan beku.


Menu andalan restoran ini diantara adalah gurame terbang, patin bakar bambu, udang bakar madu, sop iga garang asam, buntil, dori bumbu lychee, tumis bunga papaya, kepiting saus pedas. Untuk pilihan nasi kita bisa memilih nasi liwet dengan taburan teri medan diatasnya atau bisa juga nasi putih biasa.


Di sini juga tersedia aneka snack tradisional seperti serabi solo, ketan bakar juga tape goreng. Untuk minuman segar bisa mencoba lemon honey atau es kelapa sirsak. Bagi yang suka dengan kelapa muda asli, bisa juga mencicipi kesegaran air kelapa yang disajikan dalam kelapa utuh.


Talaga Sampireun Ancol
Jln Lapangan Golf 7 Ancol
Telp (021) 64700400 
http://talagasampireun.com/